A. Judul
|
:
|
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif
Tipe Teams Games Tournaments (TGT)
dengan Menggunakan Media Handout
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII.G MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing
Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Ajaran 2012/2013
|
B.
Peneliti/NPM
|
:
|
YENNI SARINAH/ 086510162
|
C. Pendahuluan
1.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada
dasarnya merupakan interaksi antara pendidikan dengan peserta didik, untuk
mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi
ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling mempengaruh antara pendidik
dengan peserta didik. Pendidik terkait dengan
nilai-nilai, mendidik berarti “memberikan, menanamkan, menumbuhkan” nilai-nilai
pada peserta didik. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya,
yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke
arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Proses pendidikan
selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan.
Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan nilai-nilai
(Sukmadinata, 2009:3). Pendidikan
adalah kemampuan seorang anak yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Proses pendidikan
berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual,
serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan (Sanjaya, 2010:3).
Sebagai salah satu
wujud nyata pembangunan dibidang pendidikan adalah pembangunan kurikulum. Melalui kurikulum ini diharapkan
dapat menciptakan kondisi belajar yang sesuai dan dapat menunjang hasil belajar
siswa. Dalam usaha
mencapai tujuan belajar perlu diciptakan sistem lingkungan (kondisi) belajar
yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar, mengajar diartikan
sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya
proses belajar (Sardiman, 2011:25).
Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses usaha yang
dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru
secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya
karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan
perubahan dalam arti belajar. Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang
dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa
suatu perubahan pada individu-individu yang belajar (Sardiman, 2011:21).
Di dalam proses
belajar-mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar,
dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan,
sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat
berlangsung dengan efektif dan efesien. Untuk itu, orang kemudian mengembangkan
berbagai pengetahuan, misalnya psikologi pendidikan metode mengajar,
pengelolaan pengajaran dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang proses
belajar-mengajar itu. Proses
belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi.
Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan
tujuan pendidikan. Pengawasan ini turut menentukan lingkungan itu membantu
kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang
dan merangsang para siswa untuk belajar (Djamarah dan Zain, 2006:29).
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu
strategi, maka strategi ini tidak
mungkin dapat diaplikasikan dalam
proses pembelajaran, guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan
bagi siswa diajarkannya, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran
(Sanjaya, 2010:197).
Hasil wawancara
dan observasi peneliti dengan guru
biologi kelas VII.G
di MTs Negeri Selatpanjang
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah
sebagai berikut: (1) Kurang bervariasinya metode pembelajaran, guru
hanya menggunakan metode
diskusi kelompok, Tanya-jawab, dan metode konvensional seperti metode ceramah, (2) Guru
belum menggunakan Handout pada saat
KBM, (3) Tidak semua siswa memiliki
buku sedangkan sekolah hanya bisa meminjamkan buku pada saat proses
pembelajaran saja, (4) Umumnya pencapaian KKM 70
sulit tercapai, hal ini ditunjukan dengan pencapaian ketuntasan klasikal
rata-rata 28,57% dari 35 orang siswa.
Untuk mengatasi permasalahan di
atas perlu dilakukan perbaikan dalam
pelaksanaan pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif. Model
pembelajaran kooperatif merupakan
konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk
bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara
umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru
menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan yang
dimaksud (Suprijono, 2011:54).
Salah satu model pembelajaran kooperatif
yaitu tipe Teams Games Tournaments (TGT) atau
pertandingan permainan tim (Trianto, 2011:83). Model TGT memiliki kelebihan diantaranya dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dan juga menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif ini menempatkan siswa pada posisi sangat
dominan dalam proses pembelajaran dimana semua siswa dalam setiap kelompok
diharuskan untuk berusaha memahami dan menguasai materi yang sedang diajarkan
dan selalu aktif ketika kerja kelompok sehingga saat ditunjuk untuk
mempresentasikan jawabannya, mereka dapat menyumbangkan skor bagi kelompoknya.
Selain pentingnya pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT), bahan ajar juga
berperan penting dalam pembelajaran. Elfis (2010), menyatakan bahan ajar adalah
segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
atau instruktor dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis
maupun bahan yang tidak tertulis.
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya
pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 398, handout is prepared statement gived. Handout
adalah pernyataan yang telah dipersiapkan oleh pembicara. Handout biasanya diambil dari beberapa
literatur yang diambil dari beberapa referensi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan
materi pokok yang harus di kuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai
cara, antara lain dengan cara download dari internet atau menyadur dari sebuah buku (Elfis,
2010).
Keuntungan penggunaan handout menurut Davies dalam Chairil (2009) adalah sebagai
berikut : 1) dapat menghemat waktu, 2) dapat menggantikan catatan siswa, 3) memelihara
kekonsistenan penyampaian materi di kelas
oleh guru, 4) siswa dapat mengikuti struktur pelajaran dengan baik, 5) siswa
akan mengetahui pokok yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan masalah di atas, maka
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT)
dengan Menggunakan Media Handout
Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII.G MTs Negeri
Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Ajaran
2012/2013”.
2.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1)
Kurang bervariasinya metode
pembelajaran, guru hanya menggunakan metode diskusi kelompok, Tanya-jawab, dan
metode konvensional seperti metode ceramah.
2)
Guru belum menggunakan Handout pada saat KBM.
3)
Tidak
semua siswa memiliki buku sedangkan sekolah hanya bisa meminjamkan buku pada
saat proses pembelajaran saja.
4)
Umumnya pencapaian KKM 70 sulit
tercapai, hal ini ditunjukan dengan pencapaian ketuntasan klasikal rata-rata
28,57% dari 35 orang siswa.
3. Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas VII.G di MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan
Meranti, pada Standar Kompetensi 7. Memahami saling
ketergantungan dalam ekosistem. Yaitu
pada Kompetensi Dasar 7.3
Memprediksikan pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap
lingkungan dan Kompetensi Dasar 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk
mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.
4. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah, maka
rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas
VII.G MTs
Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan
Meranti Tahun Ajaran 2012/2013 setelah
Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan Menggunakan Media Handout?”
5. Tujuan dan Manfaat Penelitian
5.1 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar
biologi siswa kelas VII.G MTs Negeri Selatpanjang
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun
Ajaran 2012/2013 setelah diterapkan pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan menggunakan media Handout.
5.2 Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Siswa, dengan penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan menggunakan handout. Diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan aktifitas siswa terutama pada
mata pelajaran biologi.
2) Guru, dapat digunakan sebagai salah satu
alternatif strategi pembelajaran.
3) Sekolah, sebagai bahan masukan untuk
meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam mata pelajaran biologi.
4) Peneliti, sebagai wawasan untuk menambah
pengetahuan tentang penulisan karya ilmiah dan menjadi landasan peneliti
berikutnya.
6. Definisi Istilah Judul
Untuk
menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap pengertian judul penelitian ini,
perlu penjelasan istilah yang digunakan yaitu:
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh
guru (Suprijono, 2011:54).
Teams Games Tournaments (TGT) atau
pertandingan permainan tim (Trianto, 2011:83).
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh
seorang guru dan dilengkapi dengan gambar-gambar yang sesuai dan bermakna untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik (Elfis,
2006).
Hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2011:5).
D.TINJAUAN TEORI
1.
Teori Kontruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan
dikelompokan dalan teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning).
Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan
sendiri dan menginformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan
aturan-aturan lama, merevisinya apabila aturan-aturan ini tidak lagi sesuai.
Bagi siswa agar benar-benar memahami dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus
bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya (Trianto,
2011:28).
Selanjutnya menurut Elfis (2010), konstruktivisme merupakan
landasan berfikir (filosofi).
Pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi
sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan
tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep,
atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu
dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Belajar menurut konstruktivisme bukanlah sekedar
menghapal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman.
Pengetahuan bukanlah hasil ‘pemberian’ dari orang lain seperti guru, akan
tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu
(Sanjaya, 2010:264).
Menurut Elfis (2010), tujuh prinsip
dasar konstruktivisme
yang harus dipegang guru dalam praktek pembelajaran, yaitu:
1)
Proses pembelajaran lebih utama
dari pada hasil pembelajaran.
2)
Informasi bermakna dan relevan
dengan kehidupan nyata siswa lebih penting dari pada informasi verbalistis.
3)
Siswa mendapat kesempatan
seluas-luasnya untuk menemukan menerapkan idenya sendiri.
4)
Siswa diberikan kebebasan untuk
menerapkan strateginya sendiri dalam belajar.
5)
Pengetahuan siswa tumbuh dan
berkembang melalui pengalaman sendiri.
6)
Pengalaman siswa akan
berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
7)
Pengalaman siswa bisa dibangun
secara asimilasi (pengetahuan baru dibangun dari struktur pengetahuan yang
sudah ada) maupun akomodasi (struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi
untuk menampung/menyesuaikan hadirnya pengetahuan baru).
Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses
operatif, bukan figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan
menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada
bermacam-macam situasi. Belajar operatif tidak hanya menekankan pada
pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang ‘apa’), namun juga pengetahuan
struktural (pengetahuan tentang ‘mengapa’) serta pengetahuan prosedural (pengetahuan
tentang ‘bagaimana’). Belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan
dan penambahan pengetahuan. Konstruktivisme menekankan pada belajar autentik,
bukan artifisial. Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan
objek yang dipelajari secara nyata. Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks (tekstual),
terpenting ialah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau
kontekstual (Suprijono, 2011:79).
2.
Pendekatan Inkuiri dalam
Pembelajaran Sains
Menurut Trianto (2011), inkuiri merupakan bagian inti
dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan
yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta,
tetapi hasil dari menemukan sendiri.
Menurut Gulo dalam Trianto (2011:168), menyatakan strategi inkuiri
berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah
(1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2)
keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan
(3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan
dalam proses inkuiri. Bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan
intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional
dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan
masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan
membuat kesimpulan.
Sejalan dengan itu Elfis (2010), mengatakan bahwa inkuiri
merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan yang diperoleh
siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil
dari menemukan sendiri. Langkah pembelajaran inkuiri merupakan suatu siklus yang dimulai dari:
1)
Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam.
2)
Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi.
3)
Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban.
4)
Mengumpulkan data terkait dengan pertanyaan yang diajukan.
5)
Merumuskan kesimpulan berdasarkan data.
3. Paradigma Pembelajaran IPA Biologi
Biologi sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah Biologi di alam sekitar melalui proses dan sikap
ilmiah. Sebagai cabang IPA, maka
dalam pembelajaran Biologi berpatokan pada
pembelajaran IPA yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi
produk, proses dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses. Berdasarkan uraian
di atas jelas bahwa pembelajaran IPA Biologi lebih menekankan pada pendekatan
keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun
konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh
positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan. Pembelajaran Biologi selama
ini lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja. Untuk
mengantisipasi hal tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran Biologi yang dapat melibatkan siswa secara aktif
dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka. Ide
pokoknya adalah siswa secara aktif
membangun pengetahuan mereka sendiri, otak siswa sebagai mediator, yaitu memproses masukan
dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan
kerja mental aktif, bukan menerima
pengajaran dari guru secara pasif (Von Glaserfelt dalam Elfis, 2010).
Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam
psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan
pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri
untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta didik anak
tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan
siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut (Slavin dalam Elfis, 2010).
Konstruktivisme yang berakar pada psikologi kognitif,
menjelaskan bahwa siswa belajar sebagai hasil dari pembentukan makna dari
pengalaman. Peran utama guru adalah membantu siswa membentuk hubungan antara
apa yang dipelajari dan apa yang sudah diketahui siswa. Bila prinsip-prinsip
konstruktivisme benar-benar digunakan di ruang kelas, maka guru harus
mengetahui apa yang telah diketahui dan diyakini siswa sebelum memulai unit
pelajaran baru (Elfis, 2010).
Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandaskan pada
teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang
menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan
penemuan. Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah
menekankan pada hakikat sosial dan pembelajaran. Ia mengemukakan bahwa siswa
belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih
mampu (Slavin dalam Trianto, 2011). Berdasarkan teori ini
dikembangkan pembelajaran kooperatif, yaitu siswa lebih mudah menemukan dan
memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah
tersebut dengan temannya (Trianto, 2011:56).
Menurut Trianto (2011:4), paradigma baru pendidikan menekankan bahwa proses pendidikan formal
sistem persekolahan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)
Memuat bagaimana pelajar mampu
menggali informasi yang ada disekitarnya dari ledakan informasi itu sendiri (learning to learn);
2)
Pelajar diharapkan mampu untuk
mengenali dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya (learning to be);
3)
Tindakan atau aksi untuk
memunculkan ide yang berkaitan dengan sainstek (learning to do); dan
4)
Memuat bagaimana kita hidup
dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lain,
sehingga mampu bersaing secara sehat dan bekerja sama serta mampu untuk
menghargai orang lain (learning to be
together).
4. Pembelajaran
Kooperatif
Menurut Sanjaya (2010:242), pembelajaran kooperatif adalah merupakan model pembelajaran dengan
menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam
orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras,
atau suku yang berbeda (heterogen). Selanjutnya
Agus Suprijono (2011:54), mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua
jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru.
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase
|
Tingkah Laku Guru
|
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
|
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin
dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
|
Fase 2.
Menyajikan informasi
|
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan
demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
|
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam
kelompok kooperatif
|
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya
membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan
transisi secara efisien.
|
Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan
belajar
|
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat
mereka mengerjakan tugas mereka.
|
Fase 5. Evaluasi
|
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya
|
Fase 6. Memberikan penghargaan
|
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya
maupun hasil belajar individu dan kelompok
|
Sumber: Ibrahim, dkk. (2000:10:66)
Ada lima unsur pokok yang termasuk
dalam pembelajaran-pembelajaran kooperatif yakni: (1) Prinsip ketergantungan positif,
(2) tanggung jawab perseorangan, (3) interaksi tatap muka, (4) partisipasi dan komunikasi. (Sanjaya 2010:244).
Berdasarkan Slavin dalam Trianto (2011:57), belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan
bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan belajar
kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, tujuan atau
penguasaan materi.
5.
Pembelajaran
Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)
Menurut Trianto (2011:83), Teams Games Tournaments (TGT) atau pertandingan permainan tim. Team
Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David
DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns
Hopkins. TGT menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim
kerja yang sama seperti dalam STAD, kecuali satu hal : TGT menggantikan kuis
dengan menggunakan turnamen akademik, dimana para siswa akan memainkan game akademik tersebut dengan anggota
tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Turnamen akademik tersebut
dimainkan pada meja-meja turnamen. Dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim
mereka dengan anggota tim lain yang memiliki kemampuan akademik yang setara.
Sama seperti STAD, tim dengan tingkat kinerja tertinggi akan mendapatkan
sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya (Slavin, 2009).
Selanjutnya Slavin (2009) menyatakan
bahwa TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan
dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim
akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan
mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain,
tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game
temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab
individual. Materi yang sama yang digunakan dalam STAD dapat juga digunakan
dalam TGT, kuis STAD digunakan sebagai game
dalam TGT.
TGT merupakan salah satu bagian dari
sekian banyak model pembelajaran kooperatif yang telah ada. Menurut Saco
(2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan
dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka
masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa
pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang
dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok
(identitas kelompok mereka). Permainan dalam TGT dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap
siswa misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha
untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus
memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk
menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar
dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan
agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan
yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian
alternatif atau dapat pula sebagai review
materi pelajaran.
Wartono (2004)
menjelaskan bahwa dalam TGT atau pertandingan-permainan-tim, siswa memainkan
pengacakan kartu dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin pada
skor tim mereka. Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada
kartu-kartu yang diberi angka. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah
pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi pelajaran yang dirancang untuk
mengetes kemampuan siswa dari penyampaian pelajaran kepada siswa di kelas.
Setiap wakil kelompok akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan
berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai tersebut. Permainan ini
dimainkan pada meja-meja turnamen.
Selanjutnya Ratumanan dalam Agusminarti (2009) menyebutkan ada
beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipe
TGT, yaitu :
1) Pembentukan kelompok
Kelas dibagi atas kelompok-kelompok
kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa, perlu diperhatikan bahwa setiap
kelompok mempunyai sifat yang heterogen
dalam hal jenis kelamin dan kemampuan akademik. Masing-masing kelompok diberi
kode I, II, III, IV, dan seterusnya.
2) Pemberian materi
Materi pelajaran mula-mula diberikan
melalui pengajaran langsung atau diskusi bahan pelajaran yang dilakukan guru
dengan menggunakan audio-visual. Materi pengajaran dalam TGT dirancang khusus
untuk menunjang pelaksanaan turnamen. Materi ini dapat dibuat sendiri dengan
mempersiapkan lembar kerja siswa.
3) Belajar kelompok
Masing-masing kelompok diberikan untuk
mengerjakan LKS yang telah disediakan. Fungsi utama kelompok ini adalah untuk
memastikan bahwa semua anggota kelompok ini telah belajar, dan lebih khusus
lagi untuk mempersiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan soal-soal latihan
yang akan dievaluasi melalui turnamen. Dalam belajar kelompok, siswa diminta
mendiskusikan masalah secara bersama, membandingkan jawabannya, dan mengkoreksi
teman satu kelompok yang membuat kesalahan.
4) Turnamen
Turnamen dapat dilaksanakan tiap bulan
atau tiap akhir pokok bahasan. Turnamen ini merupakan perbandingan antar
kelompok. Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan turnamen sebagai berikut :
a) Membentuk meja turnamen, disesuaikan dengan banyak
siswa pada setiap kelompok.
b) Menentukan rangking setiap siswa pada
masing-masing kelompok (berdasarkan kemampuan).
c) Menempatkan siswa dengan rangking yang sama pada
meja yang sama, misalnya siswa pandai (A1, B1, C1, dst) ditempatkan pada meja 1
dan seterusnya.
d) Masing-masing siswa pada meja turnamen bertanding
untuk mendapatkan skor sebanyak-banyaknya.
e) Skor siswa dari masing-masing kelompok (A, B, C,
dst) dikumpulkan, dan ditentukan kelompok yang mempunyai jumlah kumulatif
tertinggi sebagai pemenang pertandingan. Menurut Slavin (2009) TGT tidak secara
otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan untuk menghitung nilai
individual. Nilai individual siswa didasarkan pada skor kuis siswa atau
penilaian individual lainnya, bukan pada poin-poin turnamen atau skor tim.
5) Skor individu
Skor individu adalah skor yang diperoleh
masing-masing anggota dalam tes terakhir.
6) Skor kelompok
Diperoleh rata-rata nilai perkembangan
anggota kelompok. Nilai perkembangan adalah nilai yamg diperoleh oleh
masing-masing siswa dengan membandingkan skor pada tes awal dengan skor tes
akhir.
Tabel 2. Perhitungan Skor
Individu Kelompok Kooperatif
Skor tes Akhir
|
Nilai Peningkatan
|
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 hingga 1 poin di bawah skor awal
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Kertas jawaban sempurna
|
5
10
20
30
40
|
Sumber : Slavin (2009)
7) Penghargaan kelompok
Segera setelah turnamen selesai,
tentukanlah skor tim dan persiapkan sertifikat tim untuk memberi rekognisi
kepada tim peraih skor tertinggi. Untuk melakukan hal ini, pertama-tama
periksalah poin-poin turnamen yang ada pada lembar skor permainan. Lalu,
pindahkan poin-poin turnamen dari tiap siswa tersebut ke lembar rangkuman dari
tim-timnya masing-masing, tambahkan seluruh skor anggota tim, dan bagilah
dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan. Seperti dalam STAD, di sini juga
diberikan tiga tingkatan penghargaan yang didasarkan pada skor rata-rata tim
(Slavin, 2009).
Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (Rata-rata tim)
|
Penghargaan
|
|
Tim Baik
|
|
Tim Hebat
|
|
Tim Super
|
Sumber : Slavin (2009)
Rachmat (2007) menyatakan ada lima komponen utama dalam TGT
yaitu :
1) Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru
menyampaikan materi, biasanya dilakukan dengan pembelajaran langsung, ceramah,
atau diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus
benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena
akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok.
2) Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4
sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen.
Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya
dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik
dan optimal pada saat game.
3) Permainan (Game)
Game terdiri dari
pertanyaan-pertanyaan bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba
menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar
pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa
untuk turnamen mingguan.
4) Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir
minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan
kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Menurut Slavin (2009) turnamen adalah
sebuah struktur dimana game
berlangsung.
TEAM A
A-1
A-2 A-3 A-4
Tinggi Sedang
Sedang Rendah
|
Meja
Turnamen
1
|
Meja
Turnamen
2
|
Meja
Turnamen
3
|
Meja
Turnamen
4
|
B-1
B-2 B-3 B-4
Tinggi Sedang
Sedang Rendah
|
C-1
C-2 C-3 C-4
Tinggi Sedang
Sedang Rendah
|
TEAM B TEAM
C
Gambar 1. Penempatan Meja Turnamen (Slavin, 2009)
5) Penghargaan kelompok
Guru mengumumkan kelompok yang
terbaik.
Slavin (2008) melaporkan beberapa
laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap
pencapaian belajar siswa yang secara inplisit
mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, yaitu :
1) Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan
TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial
mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2) Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil
yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3) TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa
tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
4) TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain
(kerja sama verbal dan nonverbal, kompetisi yang lebih sedikit).
5) Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar
bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
6) TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada
remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau
perlakuan lain.
.
6.
Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh
seorang guru dan dilengkapi dengan gambar-gambar yang sesuai dan bermakna untuk
memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout
biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi
yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh
peserta didik (Elfis, 2010).
Nurtain dalam
Chairil (2010), bentuk handout dapat
bervariasi. Bentuk handout ada tiga,
yaitu:
1) Bentuk catatan; handout ini menyajikan konsep-konsep, prinsip, gagasan pokok
tentang suatu topik yang akan dibahas.
2) Bentuk diagram; handout ini merupakan suatu bagan, sketsa atau gambar, baik yang
dilukis secara lengkap maupun yang belum lengkap.
3) Bentuk catatan dan diagram; handout ini merupakan gabungan dari bentuk pertama dan kedua.
Selanjutnya Chairil (2010), langkah-langkah
dalam menyusun handout, yaitu:
1) Melakukan analisis kurikulum.
2) Menentukan judul handout, sesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai.
3) Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan
dan gambar-gambar yang bermakna dan sesuai dengan materi. Upayakan referensi terkini
dan relevan dengan materi pokoknya.
4) Menulis handout
serta mengatur tata letak gambar. Letak gambar harus sesuai dengan
keterangan yang ada sehingga tidak menimbulkan kekeliruan ataupun
kesalahpahaman dalam mengerti makna sebuah. Ukuran gambar harus disesuaikan,
jangan terlalu kecil ataupun terlalu besar.
5) Mengevaluasi hasil tulisan dan gambar-gambar
dengan cara dibaca berulang-ulang, bila perlu bantuan dari orang lain untuk
mendapatkan masukan.
6) Memperbaiki handout
sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
Berdasarkan Aziz dalam
Chairil (2010), persyaratan suatu handout
yaitu:
1) Handout memuat kerangka materi yang mungkin berisikan
pernyataan, definisi, konsep, rumus, dan sejenisnya.
2) Disajikan dalam bentuk pernyataan, daftar, dan
diagram.
3) Penyajian informasi hendaknya diringkas, padat,
dan mudah dipahami siswa.
Menurut Davies dalam Chairil (2010), keuntungan menggunakan media handout dalam proses mengajar antara lain :
1) Dapat menghemat waktu.
2) Dapat menggantikan catatan siswa.
3) Memelihara kekonsistenan penyampaian materi
dikelas oleh guru.
4) Siswa dapat mengikuti struktur pelajaran dengan
baik.
5) Siswa akan mengetahui pokok yang diberikan oleh
guru.
Keuntungan menggunakan media handout menurut
Chairil (2010),dalam proses mengajar antara lain:
1) Merangsang rasa ingin tahu siswa dalam mengikuti
pelajaran.
2) Meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan
belajar mengajar.
3) Untuk mendorong keberanian siswa berprestasi.
4) Untuk dapat membantu pengetahuan ingatan dan
penyempurnaan.
7. Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki
siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh
guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan
pendidikan (Sudjana 2010:22).
Bloom dalam Suprijono
(2011:6), hasil mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Yang
harus diingat, hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan
hanya salah satu aspekpotensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran
yang dikatagorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas
tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.
8. Hubungan Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Dengan Menggunakan Handout terhadap Hasil Belajar IPA
Biologi
Hasil belajar
merupakan faktor penting dalam pendidikan, hasil yang optimal merupakan tujuan
utama dalam proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2008) hasil belajar
merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman
belajarnya. Selanjutnya menurut Sukmadinata (2007) hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau
pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki
seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya,
baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun
keterampilan motorik.
Hasil belajar yang optimal dalam
proses belajar mengajar akan tercapai, apabila seorang guru dapat menguasai dan
menerapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa sehingga
dapat menarik minat, kreatifitas serta motivasi siswa dan nantinya akan
berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat
memotivasi siswa untuk berperan aktif dan juga menyenangkan dalam proses
belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).
Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) memiliki dampak positif terhadap kegiatan belajar
mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama
pembelajaran, meningkatkan ketercapaian tujuan pembelajaran, dan dapat
meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berikutnya. Selain itu,
pembelajaran kooperatif Teams Games
Tournaments (TGT) merupakan lingkungan belajar dimana siswa belajar bersama
dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Masing-masing
kelompok diberikan tugas untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan. Fungsi
utama kelompok ini adalah untuk memastikan bahwa semua tugas anggota kelompok
ini belajar, dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggotanya agar dapat
mengerjakan soal-soal latihan yang akan dievaluasi melalui turnamen. Dalam
belajar kelompok, siswa diminta mendiskusikan masalah secara bersama,
membandingkan jawabannya dan mengoreksi teman satu kelompok yang membuat
kesalahan (Ratumanan dalam Agusminarti,
2009). Dengan demikian, diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournaments (TGT) dapat
meningkatkan hasil belajar biologi ranah kognitif.
9. Penelitian yang Relevan
Penilaian ini
didukung oleh penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan oleh Agusminarti
(2009), menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Teams
Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA1 SMA
Negeri 10 Pekanbaru Tahun Ajaran 2008/2009. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat
dari daya serap dan ketuntasan belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan
pembelajaran kooperatif Teams Games Tournaments (TGT). Dimana sebelum PTK daya serap siswa
adalah 62,47% dengan ketuntasan belajar 47,2%, sesudah PTK Siklus I daya serap
siswa adalah 74,19% dengan ketuntasan belajar 66,67% dalam kategori baik, dan
terjadi peningkatan pada Siklus II daya serap siswa adalah 85,02% dengan
ketuntasan belajar 86,1% dalam kategori amat baik. Terjadi peningkatan daya
serap siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 10,83%.
Hasil penelitian Andri Saputra (2010),
penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe team games tournament
(TGT)
terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA YLPI Pekanbaru tahun
ajaran 2009/2010. Dimana rata-rata daya serap hasil belajar biologi siswa
sebelum PTK adalah 69,5% dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 70%,
rata-rata daya serap hasil belajar biologi siswa setelah PTK siklus I materi
sistem ekskresi adalah 76,7% dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar
86,7%, dan rata-rata daya serap hasil belajar biologi siswa setelah PTK siklus
II materi sistem koordinasi adalah 82% dengan ketuntasan belajar secara
klasikal sebesar 96,7%., terjadi peningkatan daya serap siswa dari siklus
I ke siklus II sebesar 5,3%.
E. METODOLOGI PENELITIAN
1. Tempat dan Waktu
Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan
dari bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di kelas VII.G MTs Negeri Selatpanjang
Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Ajaran 2012/2013. (Lampiran 1)
2. Subjek Penelitian
Subjek
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII.G yang berjumlah 35 orang siswa, yang terdiri dari 18 orang siswa
laki-laki dan 17 orang siswa perempuan, hasil belajar siswanya rendah dibandingkan dengan kelas paralelnya.
3.
Metode dan
Desain Penelitian
Penelitian tindakan
kelas (PTK) merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah
tindakan yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara
bersama (Arikunto, dkk, 2011:3).
Adapun bentuk
penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yaitu melaksanakan
suatu tindakan dalam proses pembelajaran Teams
Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media Handout untuk meningkatkan
hasil belajar biologi siswa. Tindakan yang akan diberikan pada penelitian kali
ini adalah pembelajaran TGT dengan bantuan media Handout. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai
penelitian tindakan kelas, dapat dilihat desain penelitian digambarkan sebagai
berikut :
Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan Menggunakan
Media Handout (Lembar Informasi Lepas)
|
Permasalahan :
(1) Kurang bervariasinya metode
pembelajaran
(2) Guru belum menggunakan media Handout pada saat KBM.
(3) Tidak semua siswa memiliki
sumber belajar
(4) Kurangnya pencapaian KKM yaitu
70.
|
Alternatif
Pemecahan :
Penerapan
model pembelajaran Koorperatif Tipe Teams
Games Tournament (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadikan siswa
lebih aktif dalam proses pembelajaran.
|
Perencanaan tindakan I
|
Pelaksanaan Pembelajaran TGT
|
Analisis
Data I
|
Observasi I
(
Monitoring )
|
Refleksi
|
Terselesaikan
|
Permasalahan belum terselesaikan
|
Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan II)
|
Pelaksanaan Tindakan II
|
Siklus 1
|
Siklus 2
|
Pembelajaran Biologi
|
Analisa Data
|
Terselesaikan
|
Refleksi
|
Permasalahan belum
terselesaikan
|
Observasi (Monitoring)
|
Siklus
selanjutnya
Peningkatan Hasil
Belajar
|
Gambar 2. Desain Penelitian Tindakan Kelas
(Modifikasi dari Elfis, 2010).
4.
Prosedur Penelitian
Prosedur pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Menetapkan kelas penelitian yaitu kelas VII.G MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan
Meranti Tahun Ajaran 2012/2013.
2) Menetapkan jumlah siklus yaitu dua siklus
yang terdiri dari siklus pertama 4 kali pertemuan dan siklus ke dua 4 kali pertemuan.
3) Menetapkan SK, KD, dan materi pelajaran.
4) Membagi
kelompok kooperatif siswa
5) Menyiapkan perangkat pembelajaran guru
6) Menentukan pengambilan nilai hasil belajar
siswa dan skor yang diambil dari kegiatan ulangan harian.
7) Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dengan beberapa
tahapan yaitu:
a.
Tahap
persiapan.
Dalam tahap persiapan ini pembelajaran
kooperatif TGT guru mempersiapkan beberapa langkah yakni:
a) Penentuan jadwal dan jam belajar
b) Menyiapkan
perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus,
Lembar Kegiatan Peserta Dididk (LKPD), handout dan lembar
evaluasi kuis.
c) Menentukan
skor dasar, yang diperoleh dari skor ulangan harian pada bahasan sebelumnya.
b.
Tahap
Pelaksanaan.
No
|
Kegiatan
|
|
Guru
|
Siswa
|
|
1
|
Kegiatan Awal (±5 menit)
§ Mengucapkan salam dan mengabsen
§ Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
§ Guru memotivasi siswa, dengan mengajukan
pertanyaan
§ Melakukan apersepsi untuk mengetahui
pengetahuan awal peserta didik
§ Menulis judul pelajaran
|
Kegiatan Awal (5 menit)
§ Menjawab salam
§ Mempersiapkan
diri dan mengikuti proses KBM
§ Menjawab
pertanyaan guru
§ Menjawab
pertanyaan guru
§ Menulis judul
yang akan dipelajari
|
2
|
Kegiatan Inti (±60 menit)
Eksplorasi
§ Meminta peserta didik untuk duduk dalam kelompoknya
masing-masing.
§ Membagi lembaran handout dan LKPD yang
berisi beberapa pertanyaan
Elaborasi
§ Meminta peserta didik untuk berfikir
bersama (berdiskusi) untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKPD yang sesuai dengan nomor masing-masing
dan jawaban di tulis pada lembar
jawaban (20menit)
§
Menunjuk
salah satu nomor siswa dan meminta mempresentasikan hasil diskusinya di depan
kelas (20 menit)
§ Menjadi fasilisator dan
moderator diskusi kelas.
§ Memberi penguatan dari hasil diskusi
kelas. (15 menit)
|
Kegiatan Inti (60 menit)
Eksplorasi
§ Duduk dalam kelompok
yang dibentuk oleh guru
§ Menerima dan
membaca LKPD dan handout
Elaborasi
§ Mengerjakan
nomor soal yang terdapat pada LKPD sesuai dengan nomor yang dimiliki dan menulis dalam lembar jawaban.
§ Mendiskusikan jawaban
yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat
mengerjakan/mengetahui setiap
jawabannya.
§ Mempersentasikan
hasil diskusi di depan kelas
§ Nomor yang dipanggil
mempresentasikan hasil tugas kelompoknya dalam diskusi kelas.
§ Menyimak dan
mencatat penguatan guru
|
3
|
Kegiatan Penutup (±15 menit)
Konfirmasi
§ Menyimpulkan materi pelajaran
§ Mengevaluasi, dengan memberi kuis
§ Memberikan penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan
sesuai dengan nilai yang di
dapatkannya. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih
perolehan skor tes terlebih dahulu dengan skor terakhir. Dengan cara ini
setiap anggota kelompok dapat kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan
skor maksimal bagi kelompok.
|
Kegiatan
Penutup (15 menit)
Konfirmasi
§ Bersama
menyimpulkan materi pelajaran
§ Menjawab soal
soal kuis secara individu
§ Menerima
penghargaan
|
5. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan
persiapan membuat perangkat pembelajaran dari instrument pengumpulan data.
5.1 Perangkat Pembelajaran Guru
Perangkat
pembelajaran guru yang terdiri dari :
1)
Standar Isi: yaitu struktur kurikulum
tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (Lampiran 2).
2)
Silabus: yaitu perangkat pembelajaran di dalamnya
terdapat identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi
pokok dan uraian materi, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu dan
sumber/alat/bahan (Lampiran 3)
3) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP):
yaitu suatu pedoman yang disusun
sistematis oleh peneliti berisikan langkah-langkah penyampaian materi
pembelajaran sesuai dengan rincian waktu yang telah ditentukan untuk satu kali
pertemuan (Lampiran 12, 16, 21, 29, 33, 34, 37).
4)
Lembar
Kegiatan Peserta Didik (LKPD): yaitu lembaran
yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa baik secara individual maupun
kelompok (Lampiran 14, 18, 23, 31, 35, 39).
5)
Soal kuis beserta kunci jawaban: yaitu soal yang disusun
oleh peneliti untuk disajikan dalam setiap materi yang telah dipelajari (Lampiran 15, 19, 24, 32, 36, 40)
6)
Soal ujian blok beserta kunci
jawaban:
yaitu soal yang disusun peneliti untuk beberapa pokok bahasan yang sudah
dipelajari (Lampiran 27, 28, 43, 44).
7) Kisi-kisi
ujian blok (Lampiran 25, 26, 41,
42).
8) Handout: Handout adalah bahan tertulis
yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik
(Lampiran 13, 17, 22, 30, 38).
5.2 Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan dua cara, yaitu: Penilaian Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) dikumpulkan data dari Nilai Pekerjaan Rumah (PR), Nilai Quiz Tertulis (QT)
dan Ujian Blok (UB), Penilaian Kinerja Ilmiah
(KI) diperoleh dari nilai
LKPD, nilai laporan pratikum, dan nilai unjuk kerja (nilai diskusi, presentasi LKPD, siswa bertanya dan menjawab).
6. Teknik Analisis Data
Analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik
analisis data deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar
siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (TGT) dengan
menggunakan handout untuk melihat daya serap dan ketuntasan belajar
secara individual maupun klasikal. Data yang diolah ialah pengetahuan,
pemahaman dan konsep (PPK) dan nilai kinerja ilmiah (KI).
6.1 Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa
6.1.1
Pengolahan Data Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman
Konsep (PPK)
Nilai PPK didapatkan dari Nilai Pekerjaan Rumah (PR), Nilai Quiz
Tertulis (QT) dan Ujian Blok (UB), masing-masing nilai ini akan digabungkan
dengan rumus sebagai berikut:
NUB PPK = 60% x (rata-rata nilai PR dan QT) + 40% x UB
6.1.2 Pengolahan Data Hasil Belajar
Siswa Piskomotorik (KI)
Nilai KI didapatkan dari nilai
Portofolio (LKPD, laporan pratikum) serta Nilai Unjuk Kerja (nilai diskusi dan
presentasi LKPD) menurut Elfis (2010). Masing-masing nilai akan digabung dengan rumus sebagai berikut:
KI = 40% x (Rata-rata nilai Portofolio) + 60% x (Rata-rata nilai
Unjuk Kerja)
6.2 Teknik Analisis Data
Deskriftif
Pengolahan data dengan teknik analisis
deskriptif
bertujuan untuk mendiskripsikan hasil belajar biologi siswa setelah diterapkan
model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan Handout. Menurut Elfis (2010), analisis deskriftif data pencapaian
hasil belajar biologi siswa dilakukan dengan melihat ketuntasan individu, daya
serap siswa, dan ketuntasan klasikal.
1)
Daya Serap
Siswa
Untuk mengetahui daya serap
siswa dari hasil belajar dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Daya serap = Jumlah
skor yang diperoleh siswa x 100
Jumlah skor minimum
Tabel 4. Kriteria dan kategori daya serap siswa
Skor ( %)
|
Kategori
|
90-100
80-89
70-79
60-69
< 59
|
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
|
Sumber: Modifikasi sesuai KKM
sekolah
2)
Ketuntasan
Belajar Siswa
a)
Ketuntasan Individu Siswa
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah
Menengah Atas dalam Elfis (2010),
seorang siwa di katakan tuntas dalam belajar apabila mencapai daya serap 75%
terhadap pemahaman materi berdasarkan kriteria tolak ukur ketuntasan klasikal
minimum (KKM), di MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan
Meranti Tahun Ajaran 2012/2013 nilai KKM ditetapkan 70, ketuntasan individu siswa
adalah ≥ 70.
b)
Ketuntasan
Klasikal
Berdasarkan Direktorat Pembinaan
Sekolah Menengah Atas dalam Elfis
(2010), suatu ketuntasan belajar jika
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas belajar.
Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan menggunakan
rumus:
Keterangan:
KK : Persentasi ketuntasan belajar klasikal
JST : Jumlah siswa yang tuntas
JS : Jumlah seluruh siswa
F. DAFTAR PUSTAKA
Agusminarti.
2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Biologi Siswa Kelas XI IPA1 SMAN 10 Pekanbaru Tahun Ajaran
2008/2009. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi-FKIP-UIR : Pekanbaru.
Arikunto, dkk, 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi aksara.
Jakarta.
Djamarah, BS dan Zain. A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.
Elfis. 2010.
Konstruktivistik dalam Pembelajaran Biologi. Available at: http://elfisuir/.blogspot.com/2011/01/konstruktivistik-dalam-pembelajaran.html.
Diakses 10/05/ 2012.
Elfis. 2010. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Dan Model
Pembelajaran (Online). http://elfisuir.blogspot.com/. Diakses 17/11/2012.
Elfis. 2010. Bahan Ajar Cetak. (Online) http://elfisuir.blogspot.com/2010/01/bahan-ajar-cetak.html.
Diakses 17/11/2012.
Hamalik, O. 2008. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algesindo: Bandung.
Ibrahim, Rachmadiarti,
Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran
Kooperatif. Universitas Negari Surabaya: Surabaya.
Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Edisi
Revisi). Rajawali Press: Jakarta
Rachmat. 2007. Team Games Tournament (TGT), (online) http://www.struk-turaljabar.co.cc/2008/10/proposal-tgt-html.
Diakses17/11/2012
Saco. 2006. Team Games Tournament (TGT), (online) http://suhadinet.-wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-teams-games-tournament/.html.
Diakses 17/11/2012.
Saputra, Andri. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA YLPI
Pekanbaru Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Program Studi Pendidikan
Biologi-FKIP-UIR : Pekanbaru.
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grasindo Persada:
Jakarta.
Slameto, 2010. Belajar & Faktor-faktor yang mempengaruhinya.
Rineka Cipta: Jakarta.
Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Penerbit Nusa Media:
Bandung.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Psikologi proses pendidikan. PT
Remaja Rosdakarya: Bandung.
Sanjaya,W. 2010. Strategi
Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana: Jakarta.
Sudjana, N. 2010. Penilaian
Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.
Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.
Trianto, 2011. Mendesain
Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana: Jakarta.
Wartono. 2004. Team
Games Tournament (TGT), (online) http://www.struk-turaljabar.co.cc/2008/10/proposal-tgt-html.
Diakses 17/11/2012.