Rabu, 26 Desember 2012

Page 1-31 TGT Handout


A.      Judul
:
Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan Menggunakan Media Handout Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII.G MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Ajaran 2012/2013

B.       Peneliti/NPM
:
YENNI SARINAH/ 086510162
C.   Pendahuluan

1.      Latar Belakang Masalah
Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidikan dengan peserta didik, untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu. Interaksi ini disebut interaksi pendidikan, yaitu saling mempengaruh antara pendidik dengan peserta didik.  Pendidik terkait dengan nilai-nilai, mendidik berarti “memberikan, menanamkan, menumbuhkan” nilai-nilai pada peserta didik. Pendidikan berfungsi membantu peserta didik dalam pengembangan dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan, serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik bagi dirinya maupun lingkungannya. Proses pendidikan selalu berlangsung dalam suatu lingkungan, yaitu lingkungan pendidikan. Lingkungan ini mencakup lingkungan fisik, sosial, intelektual, dan nilai-nilai (Sukmadinata, 2009:3). Pendidikan adalah kemampuan seorang anak yang memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Proses pendidikan berujung kepada pembentukan sikap, pengembangan kecerdasan atau intelektual, serta pengembangan keterampilan anak sesuai dengan kebutuhan (Sanjaya, 2010:3).
Sebagai salah satu wujud nyata pembangunan dibidang pendidikan adalah pembangunan kurikulum. Melalui kurikulum ini diharapkan dapat menciptakan kondisi belajar yang sesuai dan dapat menunjang hasil belajar siswa. Dalam usaha mencapai tujuan belajar perlu diciptakan sistem lingkungan (kondisi) belajar yang kondusif. Hal ini akan berkaitan dengan mengajar, mengajar diartikan sebagai suatu usaha penciptaan sistem lingkungan yang memungkinkan terjadinya proses belajar (Sardiman, 2011:25).
Menurut Slameto (2010:2), belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya karena itu sudah tentu tidak setiap perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Belajar adalah berubah. Dalam hal ini yang dimaksud belajar berarti usaha mengubah tingkah laku. Jadi belajar akan membawa suatu perubahan pada individu-individu yang belajar (Sardiman, 2011:21).
Di dalam proses belajar-mengajar, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai subjek belajar, dituntut adanya profil kualifikasi tertentu dalam hal pengetahuan, kemampuan, sikap dan tata nilai serta sifat-sifat pribadi, agar proses itu dapat berlangsung dengan efektif dan efesien. Untuk itu, orang kemudian mengembangkan berbagai pengetahuan, misalnya psikologi pendidikan metode mengajar, pengelolaan pengajaran dan ilmu-ilmu lain yang dapat menunjang proses belajar-mengajar itu. Proses belajar mengajar adalah suatu aspek dari lingkungan sekolah yang diorganisasi. Lingkungan ini diatur serta diawasi agar kegiatan belajar terarah sesuai dengan tujuan pendidikan. Pengawasan ini turut menentukan lingkungan itu membantu kegiatan belajar. Lingkungan belajar yang baik adalah lingkungan yang menantang dan merangsang para siswa untuk belajar (Djamarah dan Zain, 2006:29).
Guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi suatu strategi pembelajaran. Tanpa guru, bagaimanapun bagus dan idealnya suatu strategi, maka strategi ini tidak mungkin dapat diaplikasikan dalam proses pembelajaran, guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa diajarkannya, akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (Sanjaya, 2010:197).

Hasil wawancara dan observasi peneliti dengan guru biologi kelas VII.G di MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut: (1) Kurang bervariasinya metode pembelajaran, guru hanya menggunakan metode diskusi kelompok, Tanya-jawab, dan metode konvensional seperti metode ceramah, (2) Guru belum menggunakan Handout pada saat KBM, (3) Tidak semua siswa memiliki buku sedangkan sekolah hanya bisa meminjamkan buku pada saat proses pembelajaran saja, (4) Umumnya pencapaian KKM 70 sulit tercapai, hal ini ditunjukan dengan pencapaian ketuntasan klasikal rata-rata 28,57% dari 35 orang siswa.
Untuk mengatasi permasalahan di atas perlu dilakukan perbaikan dalam pelaksanaan pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif. Model pembelajaran kooperatif merupakan konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif dianggap lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan-pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan yang dimaksud (Suprijono, 2011:54).
Salah satu model pembelajaran kooperatif yaitu tipe Teams Games Tournaments (TGT)  atau pertandingan permainan tim (Trianto, 2011:83). Model TGT memiliki kelebihan diantaranya dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dan juga menyenangkan dalam proses belajar mengajar. Model pembelajaran kooperatif ini menempatkan siswa pada posisi sangat dominan dalam proses pembelajaran dimana semua siswa dalam setiap kelompok diharuskan untuk berusaha memahami dan menguasai materi yang sedang diajarkan dan selalu aktif ketika kerja kelompok sehingga saat ditunjuk untuk mempresentasikan jawabannya, mereka dapat menyumbangkan skor bagi kelompoknya.
Selain pentingnya pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT), bahan ajar juga berperan penting dalam pembelajaran. Elfis (2010), menyatakan bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru atau instruktor dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan yang dimaksud bisa berupa bahan tertulis maupun bahan yang tidak tertulis.
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Menurut kamus Oxford hal 398, handout is prepared statement gived.  Handout adalah pernyataan yang telah dipersiapkan oleh pembicara. Handout biasanya diambil dari beberapa literatur yang diambil dari beberapa referensi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus di kuasai oleh peserta didik. Saat ini handout dapat diperoleh dengan berbagai cara, antara lain dengan cara download dari internet atau menyadur dari sebuah buku (Elfis, 2010).
Keuntungan penggunaan handout menurut Davies dalam Chairil (2009) adalah sebagai berikut : 1) dapat menghemat waktu, 2) dapat menggantikan catatan siswa, 3) memelihara kekonsistenan penyampaian materi di kelas oleh guru, 4) siswa dapat mengikuti struktur pelajaran dengan baik, 5) siswa akan mengetahui pokok yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan masalah di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul: “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan Menggunakan Media Handout Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII.G MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Ajaran 2012/2013.

2.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1)   Kurang bervariasinya metode pembelajaran, guru hanya menggunakan metode diskusi kelompok, Tanya-jawab, dan metode konvensional seperti metode ceramah.
2)   Guru belum menggunakan Handout pada saat KBM.
3)   Tidak semua siswa memiliki buku sedangkan sekolah hanya bisa meminjamkan buku pada saat proses pembelajaran saja.
4)   Umumnya pencapaian KKM 70 sulit tercapai, hal ini ditunjukan dengan pencapaian ketuntasan klasikal rata-rata 28,57% dari 35 orang siswa.

3.      Pembatasan Masalah
Penelitian ini akan dilaksanakan pada kelas VII.G di MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti, pada Standar Kompetensi 7. Memahami saling ketergantungan dalam ekosistem. Yaitu  pada Kompetensi Dasar 7.3 Memprediksikan pengaruh kepadatan populasi manusia terhadap lingkungan dan Kompetensi Dasar 7.4 Mengaplikasikan peran manusia dalam pengelolaan lingkungan untuk mengatasi pencemaran dan kerusakan lingkungan.

4.      Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian masalah, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimanakah Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas VII.G MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Ajaran 2012/2013 setelah Penerapan Pembelajaran Kooperatif  Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan Menggunakan Media Handout?

5.      Tujuan dan Manfaat Penelitian
5.1  Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar biologi siswa kelas VII.G MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Ajaran 2012/2013 setelah diterapkan pembelajaran Kooperatif  Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan menggunakan media Handout.

5.2  Manfaat Penelitian
Manfaat yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1)      Siswa, dengan penerapan pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) dengan menggunakan handout. Diharapkan dapat memotivasi dan meningkatkan aktifitas siswa terutama pada mata pelajaran biologi.
2)      Guru, dapat digunakan sebagai salah satu alternatif strategi pembelajaran.
3)      Sekolah, sebagai bahan masukan untuk meningkatkan mutu pendidikan terutama dalam mata pelajaran biologi.
4)      Peneliti, sebagai wawasan untuk menambah pengetahuan tentang penulisan karya ilmiah dan menjadi landasan peneliti berikutnya.

6.      Definisi Istilah Judul
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman terhadap pengertian judul penelitian ini, perlu penjelasan istilah yang digunakan yaitu:
Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru (Suprijono, 2011:54).
 Teams Games Tournaments (TGT)  atau pertandingan permainan tim (Trianto, 2011:83).
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru dan dilengkapi dengan gambar-gambar yang sesuai dan bermakna untuk memperkaya pengetahuan peserta didik (Elfis, 2006).
 Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan (Suprijono, 2011:5).

D.TINJAUAN TEORI
1.    Teori Kontruktivisme dalam Pembelajaran Sains
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompokan dalan teori pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivisme ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan menginformasikan informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama, merevisinya apabila aturan-aturan ini tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar memahami dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya (Trianto, 2011:28).

Selanjutnya menurut Elfis (2010), konstruktivisme merupakan landasan berfikir (filosofi). Pendekatan kontekstual yaitu pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit), dan tidak sekonyong-konyong. Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil atau diingat. Manusia harus mengkonstruksi pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata.
Belajar menurut konstruktivisme bukanlah sekedar menghapal, akan tetapi proses mengkonstruksi pengetahuan melalui pengalaman. Pengetahuan bukanlah hasil ‘pemberian’ dari orang lain seperti guru, akan tetapi hasil dari proses mengkonstruksi yang dilakukan setiap individu (Sanjaya, 2010:264).
Menurut Elfis (2010), tujuh prinsip dasar konstruktivisme yang harus dipegang guru dalam praktek pembelajaran, yaitu:
1)   Proses pembelajaran lebih utama dari pada hasil pembelajaran.
2)   Informasi bermakna dan relevan dengan kehidupan nyata siswa lebih penting dari pada informasi verbalistis.
3)   Siswa mendapat kesempatan seluas-luasnya untuk menemukan menerapkan idenya sendiri.
4)   Siswa diberikan kebebasan untuk menerapkan strateginya sendiri dalam belajar.
5)   Pengetahuan siswa tumbuh dan berkembang melalui pengalaman sendiri.
6)   Pengalaman siswa akan berkembang semakin dalam dan semakin kuat apabila diuji dengan pengalaman baru.
7)   Pengalaman siswa bisa dibangun secara asimilasi (pengetahuan baru dibangun dari struktur pengetahuan yang sudah ada) maupun akomodasi (struktur pengetahuan yang sudah ada dimodifikasi untuk menampung/menyesuaikan hadirnya pengetahuan baru).
Konstruktivisme beraksentuasi belajar sebagai proses operatif, bukan figuratif. Belajar operatif adalah belajar memperoleh dan menemukan struktur pemikiran yang lebih umum yang dapat digunakan pada bermacam-macam situasi. Belajar operatif tidak hanya menekankan pada pengetahuan deklaratif (pengetahuan tentang ‘apa’), namun juga pengetahuan struktural (pengetahuan tentang ‘mengapa’) serta pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang ‘bagaimana’). Belajar figuratif adalah belajar memperoleh pengetahuan dan penambahan pengetahuan. Konstruktivisme menekankan pada belajar autentik, bukan artifisial. Belajar autentik adalah proses interaksi seseorang dengan objek yang dipelajari secara nyata. Belajar bukan sekedar mempelajari teks-teks (tekstual), terpenting ialah bagaimana menghubungkan teks itu dengan kondisi nyata atau kontekstual (Suprijono, 2011:79).

2.    Pendekatan Inkuiri dalam Pembelajaran Sains
      Menurut Trianto (2011), inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran berbasis kontekstual. Pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri.
    Menurut Gulo dalam Trianto (2011:168), menyatakan strategi inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran; dan (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri. Bahwa inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan keterampilan inkuiri merupakan suatu proses yang bermula dari merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan.
            Sejalan dengan itu Elfis (2010), mengatakan bahwa inkuiri merupakan bagian inti dari kegiatan pembelajaran kontekstual. Pengetahuan yang diperoleh siswa diharapkan bukan hasil mengingat seperangkat fakta-fakta, tetapi hasil dari menemukan sendiri. Langkah pembelajaran inkuiri merupakan suatu siklus yang dimulai dari:
1)        Observasi atau pengamatan terhadap berbagai fenomena alam.
2)        Mengajukan pertanyaan tentang fenomena yang dihadapi.
3)        Mengajukan dugaan atau kemungkinan jawaban.
4)        Mengumpulkan data terkait dengan pertanyaan yang diajukan.
5)        Merumuskan kesimpulan berdasarkan data.

3.  Paradigma Pembelajaran  IPA Biologi
Biologi sebagai salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) memfokuskan pembahasan pada masalah-masalah Biologi di alam sekitar  melalui proses  dan sikap  ilmiah. Sebagai cabang  IPA, maka dalam pembelajaran Biologi berpatokan pada  pembelajaran IPA yang berorientasi pada hakikat IPA yang meliputi produk, proses dan sikap ilmiah melalui keterampilan proses. Berdasarkan uraian di atas jelas bahwa pembelajaran IPA Biologi lebih menekankan pada pendekatan keterampilan proses sehingga siswa menemukan fakta-fakta, membangun konsep-konsep, teori dan sikap ilmiah di pihak siswa yang dapat berpengaruh positif terhadap kualitas maupun produk pendidikan. Pembelajaran Biologi selama ini lebih banyak menghafalkan fakta, prinsip, dan teori saja. Untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dikembangkan strategi pembelajaran Biologi  yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam kegiatan pembelajaran untuk menemukan dan menerapkan ide-ide mereka. Ide pokoknya  adalah siswa secara aktif membangun pengetahuan mereka sendiri, otak siswa  sebagai mediator, yaitu memproses masukan dari dunia luar dan menentukan apa yang mereka pelajari. Pembelajaran merupakan kerja mental aktif, bukan  menerima pengajaran dari guru secara pasif (Von Glaserfelt dalam Elfis, 2010).
Menurut teori ini, satu prinsip paling penting dalam psikologi pendidikan adalah bahwa guru tidak dapat hanya sekedar memberikan pengetahuan kepada siswa agar secara sadar menggunakan strategi mereka sendiri untuk belajar. Guru dapat memberikan kepada siswa atau peserta didik anak tangga yang membawa siswa akan pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri harus memanjat anak tangga tersebut (Slavin dalam Elfis, 2010).
Konstruktivisme yang berakar pada psikologi kognitif, menjelaskan bahwa siswa belajar sebagai hasil dari pembentukan makna dari pengalaman. Peran utama guru adalah membantu siswa membentuk hubungan antara apa yang dipelajari dan apa yang sudah diketahui siswa. Bila prinsip-prinsip konstruktivisme benar-benar digunakan di ruang kelas, maka guru harus mengetahui apa yang telah diketahui dan diyakini siswa sebelum memulai unit pelajaran baru (Elfis, 2010).         
Ide-ide konstruktivisme modern banyak berlandaskan pada teori Vygotsky yang telah digunakan untuk menunjang metode pengajaran yang menekankan pada pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis kegiatan, dan penemuan. Salah satu prinsip kunci yang diturunkan dari teorinya adalah menekankan pada hakikat sosial dan pembelajaran. Ia mengemukakan bahwa siswa belajar melalui interaksi dengan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Slavin dalam Trianto, 2011). Berdasarkan teori ini dikembangkan pembelajaran kooperatif, yaitu siswa lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit jika mereka saling mendiskusikan masalah tersebut dengan temannya (Trianto, 2011:56).
Menurut Trianto (2011:4), paradigma baru pendidikan menekankan bahwa proses pendidikan formal sistem persekolahan harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1)   Memuat bagaimana pelajar mampu menggali informasi yang ada disekitarnya dari ledakan informasi itu sendiri (learning to learn);
2)   Pelajar diharapkan mampu untuk mengenali dirinya sendiri, serta mampu beradaptasi dengan lingkungannya (learning to be);
3)   Tindakan atau aksi untuk memunculkan ide yang berkaitan dengan sainstek (learning to do); dan
4)   Memuat bagaimana kita hidup dalam masyarakat yang saling bergantung antara yang satu dengan yang lain, sehingga mampu bersaing secara sehat dan bekerja sama serta mampu untuk menghargai orang lain (learning to be together).

4.    Pembelajaran Kooperatif
Menurut Sanjaya (2010:242), pembelajaran kooperatif adalah merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Selanjutnya Agus Suprijono (2011:54), mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru.
Tabel 1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Fase
Tingkah Laku Guru
Fase 1. Menyampaikan tujuan dan   memotivasi siswa

                                    
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase 2. Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase 3. Mengorganisasikan siswa ke dalam  kelompok  kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase 4. Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase 5. Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya
Fase 6. Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok
Sumber: Ibrahim, dkk. (2000:10:66)

Ada lima unsur pokok yang termasuk dalam pembelajaran-pembelajaran kooperatif yakni: (1) Prinsip ketergantungan positif, (2) tanggung jawab perseorangan, (3) interaksi tatap muka, (4) partisipasi dan komunikasi. (Sanjaya 2010:244).

Berdasarkan Slavin dalam Trianto (2011:57), belajar kooperatif adalah siswa bekerja sama untuk belajar dan bertanggung jawab pada kemajuan belajar temannya. Sebagai tambahan belajar kooperatif menekankan pada tujuan dan kesuksesan kelompok, tujuan atau penguasaan materi.

5.    Pembelajaran Kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT)
Menurut Trianto (2011:83), Teams Games Tournaments (TGT) atau pertandingan permainan tim. Team Games Tournament (TGT) pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards, ini merupakan metode pembelajaran pertama dari Johns Hopkins. TGT menggunakan pelajaran yang sama yang disampaikan guru dan tim kerja yang sama seperti dalam STAD, kecuali satu hal : TGT menggantikan kuis dengan menggunakan turnamen akademik, dimana para siswa akan memainkan game akademik tersebut dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor timnya. Turnamen akademik tersebut dimainkan pada meja-meja turnamen. Dimana para siswa berlomba sebagai wakil tim mereka dengan anggota tim lain yang memiliki kemampuan akademik yang setara. Sama seperti STAD, tim dengan tingkat kinerja tertinggi akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya (Slavin, 2009).
Selanjutnya Slavin (2009) menyatakan bahwa TGT memiliki banyak kesamaan dinamika dengan STAD, tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari lembar kegiatan dan menjelaskan masalah-masalah satu sama lain, tetapi sewaktu siswa sedang bermain dalam game temannya tidak boleh membantu, memastikan telah terjadi tanggung jawab individual. Materi yang sama yang digunakan dalam STAD dapat juga digunakan dalam TGT, kuis STAD digunakan sebagai game dalam TGT.
TGT merupakan salah satu bagian dari sekian banyak model pembelajaran kooperatif yang telah ada. Menurut Saco (2006), dalam TGT siswa memainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing. Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. Kadang-kadang dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok (identitas kelompok mereka). Permainan dalam TGT dapat berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Tiap siswa misalnya, akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka tadi dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai dengan angka tersebut. Turnamen harus memungkinkan semua siswa dari semua tingkat kemampuan (kepandaian) untuk menyumbangkan poin bagi kelompoknya. Prinsipnya, soal sulit untuk anak pintar dan soal yang lebih mudah untuk anak yang kurang pintar. Hal ini dimaksudkan agar semua anak mempunyai kemungkinan memberi skor bagi kelompoknya. Permainan yang dikemas dalam bentuk turnamen ini dapat berperan sebagai penilaian alternatif atau dapat pula sebagai review materi pelajaran.
Wartono (2004) menjelaskan bahwa dalam TGT atau pertandingan-permainan-tim, siswa memainkan pengacakan kartu dengan anggota-anggota tim lain untuk memperoleh poin pada skor tim mereka. Permainan ini berupa pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka. Pertanyaan-pertanyaan yang dimaksud adalah pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan materi pelajaran yang dirancang untuk mengetes kemampuan siswa dari penyampaian pelajaran kepada siswa di kelas. Setiap wakil kelompok akan mengambil sebuah kartu yang diberi angka dan berusaha untuk menjawab pertanyaan yang sesuai tersebut. Permainan ini dimainkan pada meja-meja turnamen.
Selanjutnya Ratumanan dalam Agusminarti (2009) menyebutkan ada beberapa tahapan yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran kooperatif tipe TGT, yaitu :
1)      Pembentukan kelompok
Kelas dibagi atas kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang siswa, perlu diperhatikan bahwa setiap kelompok mempunyai sifat yang heterogen dalam hal jenis kelamin dan kemampuan akademik. Masing-masing kelompok diberi kode I, II, III, IV, dan seterusnya.
2)      Pemberian materi
Materi pelajaran mula-mula diberikan melalui pengajaran langsung atau diskusi bahan pelajaran yang dilakukan guru dengan menggunakan audio-visual. Materi pengajaran dalam TGT dirancang khusus untuk menunjang pelaksanaan turnamen. Materi ini dapat dibuat sendiri dengan mempersiapkan lembar kerja siswa.
3)      Belajar kelompok
Masing-masing kelompok diberikan untuk mengerjakan LKS yang telah disediakan. Fungsi utama kelompok ini adalah untuk memastikan bahwa semua anggota kelompok ini telah belajar, dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan soal-soal latihan yang akan dievaluasi melalui turnamen. Dalam belajar kelompok, siswa diminta mendiskusikan masalah secara bersama, membandingkan jawabannya, dan mengkoreksi teman satu kelompok yang membuat kesalahan.
4)      Turnamen
Turnamen dapat dilaksanakan tiap bulan atau tiap akhir pokok bahasan. Turnamen ini merupakan perbandingan antar kelompok. Adapun langkah-langkah untuk melaksanakan turnamen sebagai berikut :
a)      Membentuk meja turnamen, disesuaikan dengan banyak siswa pada setiap kelompok.
b)      Menentukan rangking setiap siswa pada masing-masing kelompok (berdasarkan kemampuan).
c)      Menempatkan siswa dengan rangking yang sama pada meja yang sama, misalnya siswa pandai (A1, B1, C1, dst) ditempatkan pada meja 1 dan seterusnya.
d)     Masing-masing siswa pada meja turnamen bertanding untuk mendapatkan skor sebanyak-banyaknya.
e)      Skor siswa dari masing-masing kelompok (A, B, C, dst) dikumpulkan, dan ditentukan kelompok yang mempunyai jumlah kumulatif tertinggi sebagai pemenang pertandingan. Menurut Slavin (2009) TGT tidak secara otomatis menghasilkan skor yang dapat digunakan untuk menghitung nilai individual. Nilai individual siswa didasarkan pada skor kuis siswa atau penilaian individual lainnya, bukan pada poin-poin turnamen atau skor tim.
5)      Skor individu
Skor individu adalah skor yang diperoleh masing-masing anggota dalam tes terakhir.
6)      Skor kelompok
Diperoleh rata-rata nilai perkembangan anggota kelompok. Nilai perkembangan adalah nilai yamg diperoleh oleh masing-masing siswa dengan membandingkan skor pada tes awal dengan skor tes akhir.
Tabel 2. Perhitungan Skor Individu Kelompok Kooperatif
Skor tes Akhir
Nilai Peningkatan
Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
10 hingga 1 poin di bawah skor awal
Skor awal sampai 10 poin di atas skor awal
Lebih dari 10 poin di atas skor awal
Kertas jawaban sempurna
5
10
20
30
40
Sumber : Slavin (2009)
7)      Penghargaan kelompok
Segera setelah turnamen selesai, tentukanlah skor tim dan persiapkan sertifikat tim untuk memberi rekognisi kepada tim peraih skor tertinggi. Untuk melakukan hal ini, pertama-tama periksalah poin-poin turnamen yang ada pada lembar skor permainan. Lalu, pindahkan poin-poin turnamen dari tiap siswa tersebut ke lembar rangkuman dari tim-timnya masing-masing, tambahkan seluruh skor anggota tim, dan bagilah dengan jumlah anggota tim yang bersangkutan. Seperti dalam STAD, di sini juga diberikan tiga tingkatan penghargaan yang didasarkan pada skor rata-rata tim (Slavin, 2009).



Tabel 3. Kriteria Penghargaan Kelompok
Kriteria (Rata-rata tim)
Penghargaan
Tim Baik
Tim Hebat
Tim Super
Sumber : Slavin (2009)
Rachmat (2007) menyatakan ada lima komponen utama dalam TGT yaitu :
1)      Penyajian kelas
Pada awal pembelajaran guru menyampaikan materi, biasanya dilakukan dengan pembelajaran langsung, ceramah, atau diskusi yang dipimpin guru. Pada saat penyajian kelas ini siswa harus benar-benar memperhatikan dan memahami materi yang disampaikan guru, karena akan membantu siswa bekerja lebih baik pada saat kerja kelompok.
2)      Kelompok (team)
Kelompok biasanya terdiri dari 4 sampai 5 orang siswa yang anggotanya heterogen. Fungsi kelompok adalah untuk lebih mendalami materi bersama teman kelompoknya dan lebih khusus untuk mempersiapkan anggota kelompok agar bekerja dengan baik dan optimal pada saat game.
3)      Permainan (Game)
Game terdiri dari pertanyaan-pertanyaan bernomor. Siswa memilih kartu bernomor dan mencoba menjawab pertanyaan yang sesuai dengan nomor itu. Siswa yang menjawab benar pertanyaan itu akan mendapat skor. Skor ini yang nantinya dikumpulkan siswa untuk turnamen mingguan.
4)      Turnamen
Biasanya turnamen dilakukan pada akhir minggu atau pada setiap unit setelah guru melakukan presentasi kelas dan kelompok sudah mengerjakan lembar kerja. Menurut Slavin (2009) turnamen adalah sebuah struktur dimana game berlangsung.


TEAM A
A-1       A-2         A-3        A-4
Tinggi   Sedang   Sedang   Rendah

Meja Turnamen
1
Meja Turnamen
2
Meja Turnamen
3
Meja Turnamen
4
B-1       B-2         B-3        B-4
Tinggi   Sedang   Sedang   Rendah

C-1       C-2         C-3        C-4
Tinggi   Sedang   Sedang   Rendah

 








TEAM B                                                        TEAM C

Gambar 1. Penempatan Meja Turnamen (Slavin, 2009)
5)      Penghargaan kelompok
Guru mengumumkan kelompok yang terbaik.
Slavin (2008) melaporkan beberapa laporan hasil riset tentang pengaruh pembelajaran kooperatif terhadap pencapaian belajar siswa yang secara inplisit mengemukakan keunggulan dan kelemahan pembelajaran TGT, yaitu :
1)      Para siswa di dalam kelas-kelas yang menggunakan TGT memperoleh teman yang secara signifikan lebih banyak dari kelompok rasial mereka dari pada siswa yang ada dalam kelas tradisional.
2)      Meningkatkan perasaan/persepsi siswa bahwa hasil yang mereka peroleh tergantung dari kinerja dan bukannya pada keberuntungan.
3)      TGT meningkatkan harga diri sosial pada siswa tetapi tidak untuk rasa harga diri akademik mereka.
4)      TGT meningkatkan kekooperatifan terhadap yang lain (kerja sama verbal dan nonverbal, kompetisi yang lebih sedikit).
5)      Keterlibatan siswa lebih tinggi dalam belajar bersama, tetapi menggunakan waktu yang lebih banyak.
6)      TGT meningkatkan kehadiran siswa di sekolah pada remaja-remaja dengan gangguan emosional, lebih sedikit yang menerima skors atau perlakuan lain.
.                                                                
6.    Handout
Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru dan dilengkapi dengan gambar-gambar yang sesuai dan bermakna untuk memperkaya pengetahuan peserta didik. Handout biasanya diambil dari beberapa literatur yang memiliki relevansi dengan materi yang diajarkan atau kompetensi dasar dan materi pokok yang harus dikuasai oleh peserta didik (Elfis, 2010).
Nurtain  dalam Chairil (2010), bentuk handout dapat bervariasi. Bentuk handout ada tiga, yaitu:
1)   Bentuk catatan; handout ini menyajikan konsep-konsep, prinsip, gagasan pokok tentang suatu topik yang akan dibahas.
2)   Bentuk diagram; handout ini merupakan suatu bagan, sketsa atau gambar, baik yang dilukis secara lengkap maupun yang belum lengkap.
3)   Bentuk catatan dan diagram; handout ini merupakan gabungan dari bentuk pertama dan kedua.
Selanjutnya Chairil (2010), langkah-langkah dalam menyusun handout, yaitu:
1)   Melakukan analisis kurikulum.
2)   Menentukan judul handout, sesuaikan dengan kompetensi dasar  dan materi pokok yang akan dicapai.
3)   Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan dan gambar-gambar yang bermakna dan sesuai dengan materi. Upayakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
4)   Menulis handout serta mengatur tata letak gambar. Letak gambar harus sesuai dengan keterangan yang ada sehingga tidak menimbulkan kekeliruan ataupun kesalahpahaman dalam mengerti makna sebuah. Ukuran gambar harus disesuaikan, jangan terlalu kecil ataupun terlalu besar.
5)   Mengevaluasi hasil tulisan dan gambar-gambar dengan cara dibaca berulang-ulang, bila perlu bantuan dari orang lain untuk mendapatkan masukan.
6)   Memperbaiki handout sesuai dengan kekurangan-kekurangan yang ditemukan.
Berdasarkan  Aziz dalam Chairil (2010), persyaratan suatu handout yaitu:

1)   Handout memuat kerangka materi yang mungkin berisikan pernyataan, definisi, konsep, rumus, dan sejenisnya.
2)   Disajikan dalam bentuk pernyataan, daftar, dan diagram.
3)   Penyajian informasi hendaknya diringkas, padat, dan mudah dipahami siswa.
Menurut Davies dalam Chairil (2010), keuntungan menggunakan media handout dalam proses mengajar antara lain :
1)   Dapat menghemat waktu.
2)   Dapat menggantikan catatan siswa.
3)   Memelihara kekonsistenan penyampaian materi dikelas oleh guru.
4)   Siswa dapat mengikuti struktur pelajaran dengan baik.
5)   Siswa akan mengetahui pokok yang diberikan oleh guru.                        
Keuntungan menggunakan media handout  menurut Chairil (2010),dalam proses mengajar antara lain:
1)   Merangsang rasa ingin tahu siswa dalam mengikuti pelajaran.
2)   Meningkatkan kreativitas siswa dalam kegiatan belajar mengajar.
3)   Untuk mendorong keberanian siswa berprestasi.
4)   Untuk dapat membantu pengetahuan ingatan dan penyempurnaan.

7.    Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar digunakan oleh guru untuk dijadikan ukuran atau kriteria dalam mencapai suatu tujuan pendidikan (Sudjana 2010:22). 
Bloom dalam Suprijono (2011:6), hasil mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Yang harus diingat, hasil belajar adalah perubahan prilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspekpotensi kemanusiaan saja. Artinya, hasil pembelajaran yang dikatagorisasikan oleh para pakar pendidikan sebagaimana tersebut diatas tidak dilihat secara fragmentaris atau terpisah, melainkan komprehensif.

8.    Hubungan  Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) Dengan Menggunakan Handout terhadap Hasil Belajar IPA Biologi

Hasil belajar merupakan faktor penting dalam pendidikan, hasil yang optimal merupakan tujuan utama dalam proses belajar mengajar. Menurut Sudjana (2008) hasil belajar merupakan kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Selanjutnya menurut Sukmadinata (2007) hasil belajar atau achievement merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dapat dilihat dari perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan berpikir maupun keterampilan motorik.
            Hasil belajar yang optimal dalam proses belajar mengajar akan tercapai, apabila seorang guru dapat menguasai dan menerapkan suatu model pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa sehingga dapat menarik minat, kreatifitas serta motivasi siswa dan nantinya akan berpengaruh terhadap hasil belajarnya. Salah satu model pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk berperan aktif dan juga menyenangkan dalam proses belajar mengajar adalah model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT).
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournaments (TGT) memiliki  dampak positif terhadap kegiatan belajar mengajar, yakni dapat meningkatkan aktivitas guru dan siswa selama pembelajaran, meningkatkan ketercapaian tujuan pembelajaran, dan dapat meningkatkan minat siswa dalam mengikuti pembelajaran berikutnya. Selain itu, pembelajaran kooperatif Teams Games Tournaments (TGT) merupakan lingkungan belajar dimana siswa belajar bersama dalam kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang siswa. Masing-masing kelompok diberikan tugas untuk mengerjakan tugas yang telah diberikan. Fungsi utama kelompok ini adalah untuk memastikan bahwa semua tugas anggota kelompok ini belajar, dan lebih khusus lagi untuk mempersiapkan anggotanya agar dapat mengerjakan soal-soal latihan yang akan dievaluasi melalui turnamen. Dalam belajar kelompok, siswa diminta mendiskusikan masalah secara bersama, membandingkan jawabannya dan mengoreksi teman satu kelompok yang membuat kesalahan (Ratumanan dalam Agusminarti, 2009). Dengan demikian, diharapkan penerapan model pembelajaran kooperatif Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar biologi ranah kognitif.

9.    Penelitian yang Relevan
Penilaian ini didukung oleh penelitian sebelumnya. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Agusminarti (2009), menyimpulkan bahwa penerapan metode pembelajaran Teams Games Tournaments (TGT) dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA1 SMA Negeri 10 Pekanbaru Tahun Ajaran 2008/2009. Peningkatan hasil belajar siswa dapat dilihat dari daya serap dan ketuntasan belajar siswa sebelum dan sesudah dilaksanakan pembelajaran kooperatif Teams Games Tournaments (TGT). Dimana sebelum PTK daya serap siswa adalah 62,47% dengan ketuntasan belajar 47,2%, sesudah PTK Siklus I daya serap siswa adalah 74,19% dengan ketuntasan belajar 66,67% dalam kategori baik, dan terjadi peningkatan pada Siklus II daya serap siswa adalah 85,02% dengan ketuntasan belajar 86,1% dalam kategori amat baik. Terjadi peningkatan daya serap siswa pada siklus I ke siklus II sebesar 10,83%.
Hasil penelitian Andri Saputra (2010), penerapan model pembelajaran kooperatif tipe team games tournament (TGT) terhadap hasil belajar biologi siswa kelas XI IPA SMA YLPI Pekanbaru tahun ajaran 2009/2010. Dimana rata-rata daya serap hasil belajar biologi siswa sebelum PTK adalah 69,5% dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 70%, rata-rata daya serap hasil belajar biologi siswa setelah PTK siklus I materi sistem ekskresi adalah 76,7% dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 86,7%, dan rata-rata daya serap hasil belajar biologi siswa setelah PTK siklus II materi sistem koordinasi adalah 82% dengan ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 96,7%.,  terjadi peningkatan daya serap siswa dari siklus I ke siklus II sebesar 5,3%.

E.  METODOLOGI PENELITIAN
1.    Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Februari 2013 sampai Maret 2013 di kelas VII.G MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Ajaran 2012/2013. (Lampiran 1)
2.    Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII.G yang berjumlah 35 orang siswa, yang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 17 orang siswa perempuan, hasil belajar siswanya rendah dibandingkan dengan kelas paralelnya.
3.    Metode dan Desain Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja di munculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama (Arikunto, dkk, 2011:3).
Adapun bentuk penelitian yang dilakukan adalah penelitian tindakan kelas yaitu melaksanakan suatu tindakan dalam proses pembelajaran Teams Games Tournament (TGT) dengan menggunakan media Handout  untuk meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Tindakan yang akan diberikan pada penelitian kali ini adalah pembelajaran TGT dengan bantuan media Handout. Untuk mengetahui lebih jelas mengenai penelitian tindakan kelas, dapat dilihat desain penelitian digambarkan sebagai berikut :









Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT) dengan Menggunakan Media Handout (Lembar Informasi Lepas)
Permasalahan :
(1) Kurang bervariasinya metode pembelajaran
(2) Guru belum menggunakan media Handout  pada saat KBM.
 (3) Tidak semua siswa memiliki sumber belajar
(4) Kurangnya pencapaian KKM yaitu 70.

Alternatif Pemecahan :
Penerapan model pembelajaran Koorperatif Tipe Teams Games Tournament (TGT)  dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan menjadikan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.
Perencanaan tindakan I
Pelaksanaan Pembelajaran TGT
Analisis Data I
Observasi I
 ( Monitoring )
Refleksi
Terselesaikan
Permasalahan belum terselesaikan
Alternatif Pemecahan (Rencana Tindakan II)
Pelaksanaan Tindakan II
Siklus 1

Siklus 2
Pembelajaran Biologi
 



















Analisa Data
Terselesaikan
Refleksi
Permasalahan belum terselesaikan
Observasi (Monitoring)




                                                                                               
                                                                                                Siklus selanjutnya

Peningkatan Hasil Belajar
 


Gambar 2. Desain Penelitian Tindakan Kelas (Modifikasi dari Elfis, 2010).


4.        Prosedur Penelitian
Prosedur  pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1)   Menetapkan kelas penelitian yaitu kelas VII.G MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Ajaran 2012/2013.
2)   Menetapkan jumlah siklus yaitu dua siklus yang terdiri dari siklus pertama 4 kali pertemuan dan siklus ke dua 4 kali pertemuan.
3)   Menetapkan SK, KD, dan  materi pelajaran.
4)   Membagi  kelompok kooperatif siswa
5)   Menyiapkan perangkat pembelajaran guru
6)   Menentukan pengambilan nilai hasil belajar siswa dan skor yang diambil dari kegiatan ulangan harian.
7)   Melaksanakan pembelajaran kooperatif tipe TGT, dengan beberapa tahapan yaitu:
a.        Tahap persiapan.
Dalam tahap persiapan ini pembelajaran kooperatif TGT guru mempersiapkan beberapa langkah yakni:
a)    Penentuan  jadwal dan jam belajar
b)   Menyiapkan perangkat pembelajaran berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Silabus, Lembar Kegiatan Peserta Dididk (LKPD), handout dan lembar evaluasi kuis.
c)    Menentukan skor dasar, yang diperoleh dari skor ulangan harian pada bahasan sebelumnya.
b.        Tahap Pelaksanaan.
No
Kegiatan
Guru
Siswa
1
Kegiatan Awal (±5 menit)

§ Mengucapkan salam dan mengabsen

§ Guru menyampaikan tujuan pembelajaran

§ Guru memotivasi siswa, dengan mengajukan pertanyaan

§ Melakukan apersepsi untuk mengetahui pengetahuan awal peserta didik

§ Menulis judul pelajaran
Kegiatan Awal (5 menit)
§  Menjawab salam

§  Mempersiapkan diri dan mengikuti proses KBM

§  Menjawab pertanyaan guru


§  Menjawab pertanyaan guru


§  Menulis judul yang akan dipelajari

2
Kegiatan Inti (±60 menit)
Eksplorasi
§ Meminta peserta didik untuk duduk dalam kelompoknya masing-masing.
§ Membagi lembaran handout dan LKPD  yang berisi beberapa pertanyaan

Elaborasi
§ Meminta peserta didik untuk berfikir bersama (berdiskusi) untuk menjawab pertanyaan yang terdapat dalam LKPD  yang sesuai dengan nomor masing-masing dan  jawaban di tulis pada lembar jawaban  (20menit)



§ Menunjuk salah satu nomor siswa dan meminta mempresentasikan hasil diskusinya di depan kelas (20 menit)
§ Menjadi fasilisator dan moderator diskusi kelas.


§ Memberi penguatan dari hasil diskusi kelas. (15 menit)

Kegiatan Inti (60 menit)
Eksplorasi
§  Duduk dalam kelompok yang dibentuk oleh guru
§  Menerima dan membaca  LKPD dan handout

Elaborasi
§  Mengerjakan nomor soal yang terdapat pada LKPD sesuai dengan nomor yang dimiliki dan menulis dalam lembar jawaban.
§  Mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakan/mengetahui setiap jawabannya.
§  Mempersentasikan hasil diskusi di depan kelas

§  Nomor yang dipanggil mempresentasikan hasil tugas kelompoknya dalam diskusi kelas.
§  Menyimak dan mencatat penguatan guru

3
Kegiatan Penutup (±15 menit)
Konfirmasi
§ Menyimpulkan materi pelajaran

§ Mengevaluasi, dengan memberi kuis

§ Memberikan penghargaan kelompok. Penghargaan kelompok diberikan sesuai dengan nilai yang di dapatkannya. Nilai perkembangan individu dihitung berdasarkan selisih perolehan skor tes terlebih dahulu dengan skor terakhir. Dengan cara ini setiap anggota kelompok dapat kesempatan yang sama untuk memberikan sumbangan skor maksimal bagi kelompok.
Kegiatan Penutup (15 menit)
Konfirmasi
§  Bersama menyimpulkan materi pelajaran
§  Menjawab soal soal kuis secara individu
§  Menerima penghargaan

5.    Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan persiapan membuat perangkat pembelajaran dari instrument pengumpulan data.

5.1    Perangkat Pembelajaran Guru
Perangkat pembelajaran guru yang terdiri dari :
1)   Standar Isi: yaitu struktur kurikulum tingkat satuan pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah (Lampiran 2).
2)   Silabus: yaitu perangkat pembelajaran di dalamnya terdapat identifikasi, standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator, materi pokok dan uraian materi, kegiatan pembelajaran, alokasi waktu dan sumber/alat/bahan (Lampiran 3)
3)   Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP): yaitu suatu pedoman yang disusun sistematis oleh peneliti berisikan langkah-langkah penyampaian materi pembelajaran sesuai dengan rincian waktu yang telah ditentukan untuk satu kali pertemuan (Lampiran 12, 16, 21, 29, 33, 34, 37).
4)   Lembar Kegiatan Peserta Didik (LKPD): yaitu  lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan siswa baik secara individual maupun kelompok (Lampiran 14, 18, 23, 31, 35, 39).
5)      Soal kuis beserta kunci jawaban: yaitu soal yang disusun oleh peneliti untuk disajikan dalam setiap materi yang telah dipelajari (Lampiran 15, 19, 24, 32, 36, 40)
6)      Soal ujian blok beserta kunci jawaban: yaitu soal yang disusun peneliti untuk beberapa pokok bahasan yang sudah dipelajari (Lampiran 27, 28, 43, 44).
7)   Kisi-kisi ujian blok (Lampiran 25, 26, 41, 42).
8)   Handout: Handout adalah bahan tertulis yang disiapkan oleh seorang guru untuk memperkaya pengetahuan peserta didik (Lampiran 13, 17, 22, 30, 38).




5.2    Instrumen Pengumpulan Data
 Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan dua cara, yaitu: Penilaian Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK) dikumpulkan data dari Nilai Pekerjaan Rumah (PR), Nilai Quiz Tertulis (QT) dan Ujian Blok (UB), Penilaian Kinerja Ilmiah (KI) diperoleh dari nilai LKPD, nilai laporan pratikum, dan nilai unjuk kerja (nilai diskusi, presentasi LKPD, siswa bertanya dan menjawab).

6.  Teknik Analisis Data
Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif yang bertujuan untuk mendeskripsikan hasil belajar siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe teams games tournaments (TGT) dengan menggunakan handout  untuk melihat daya serap dan ketuntasan belajar secara individual maupun klasikal. Data yang diolah ialah pengetahuan, pemahaman dan konsep (PPK) dan nilai kinerja ilmiah (KI).

6.1    Teknik Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa
6.1.1        Pengolahan Data Hasil Belajar Pengetahuan Pemahaman Konsep (PPK)
Nilai PPK didapatkan dari Nilai Pekerjaan Rumah (PR), Nilai Quiz Tertulis (QT) dan Ujian Blok (UB), masing-masing nilai ini akan digabungkan dengan rumus sebagai berikut:
NUB PPK = 60% x (rata-rata nilai PR dan QT) + 40% x UB

6.1.2  Pengolahan Data Hasil Belajar Siswa Piskomotorik (KI)
Nilai KI didapatkan dari nilai Portofolio (LKPD, laporan pratikum) serta Nilai Unjuk Kerja (nilai diskusi dan presentasi LKPD) menurut Elfis (2010). Masing-masing nilai akan digabung dengan rumus sebagai berikut:
KI = 40% x (Rata-rata nilai Portofolio)  + 60% x (Rata-rata nilai Unjuk Kerja)


6.2    Teknik Analisis Data Deskriftif
Pengolahan data dengan teknik analisis deskriptif bertujuan untuk mendiskripsikan hasil belajar biologi siswa setelah diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dengan menggunakan Handout. Menurut Elfis (2010), analisis deskriftif data pencapaian hasil belajar biologi siswa dilakukan dengan melihat ketuntasan individu, daya serap siswa, dan ketuntasan klasikal.
1)        Daya Serap Siswa
Untuk mengetahui daya serap siswa dari hasil belajar dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Daya serap = Jumlah skor yang diperoleh siswa x 100
                         Jumlah skor minimum                                                                
Tabel 4. Kriteria dan kategori daya serap siswa
Skor ( %)
Kategori
90-100
80-89
70-79
60-69
< 59
Sangat baik
Baik
Cukup
Kurang
Kurang sekali
Sumber: Modifikasi sesuai KKM sekolah
2)        Ketuntasan Belajar Siswa
a)        Ketuntasan Individu Siswa
Menurut Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010), seorang siwa di katakan tuntas dalam belajar apabila mencapai daya serap 75% terhadap pemahaman materi berdasarkan kriteria tolak ukur ketuntasan klasikal minimum (KKM), di MTs Negeri Selatpanjang Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Kepulauan Meranti Tahun Ajaran 2012/2013 nilai KKM ditetapkan 70, ketuntasan individu siswa adalah ≥ 70.        






b)        Ketuntasan Klasikal
Berdasarkan Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Atas dalam Elfis (2010), suatu ketuntasan belajar jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa telah tuntas belajar.
Ketuntasan  klasikal dapat dihitung dengan menggunakan rumus:               
Keterangan:
KK      : Persentasi  ketuntasan belajar klasikal
JST      : Jumlah siswa yang tuntas
JS        : Jumlah seluruh siswa



















F.       DAFTAR PUSTAKA

Agusminarti. 2009. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA1 SMAN 10 Pekanbaru Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi-FKIP-UIR : Pekanbaru.

Arikunto, dkk, 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi aksara. Jakarta.

Chairil. 2009. Media Pembelajaran. (Online). http://chai-chairil.blogspot.com. Diakses 10/05/2012.

Djamarah, BS dan Zain. A. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta: Jakarta.

Elfis. 2010. Konstruktivistik dalam Pembelajaran Biologi. Available at: http://elfisuir/.blogspot.com/2011/01/konstruktivistik-dalam-pembelajaran.html. Diakses 10/05/ 2012.

Elfis. 2010. Alur Penilaian Tindakan Kelas. http://elfisuir.blogspot.com. Diakses 10/05/2011.

Elfis. 2010. Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik, Dan Model Pembelajaran (Online). http://elfisuir.blogspot.com/. Diakses 17/11/2012.

Elfis. 2010. Teknik Analisa Data. http://elfisuir.blogspot.com. Diakses 17/11/2012.

Elfis. 2010. Bahan Ajar Cetak. (Online)  http://elfisuir.blogspot.com/2010/01/bahan-ajar-cetak.html. Diakses 17/11/2012.

Hamalik, O. 2008. Psikologi Belajar dan Mengajar. Sinar Baru Algesindo: Bandung.

Ibrahim, Rachmadiarti, Nur dan Ismono. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Universitas Negari Surabaya: Surabaya.

Kunandar. 2009. Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru (Edisi Revisi). Rajawali Press: Jakarta

Rachmat. 2007. Team Games Tournament (TGT), (online) http://www.struk-turaljabar.co.cc/2008/10/proposal-tgt-html. Diakses17/11/2012


Saco. 2006. Team Games Tournament (TGT), (online) http://suhadinet.-wordpress.com/2008/03/28/model-pembelajaran-kooperatif-tipe-tgt-teams-games-tournament/.html. Diakses 17/11/2012.

Saputra, Andri. 2010. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI IPA SMA YLPI Pekanbaru Tahun Ajaran 2009/2010. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi-FKIP-UIR : Pekanbaru.
Sardiman. 2011. Interaksi & Motivasi Belajar Mengajar. Raja Grasindo Persada: Jakarta.

Slameto, 2010. Belajar & Faktor-faktor yang mempengaruhinya. Rineka Cipta: Jakarta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Penerbit Nusa Media: Bandung.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2009. Landasan Psikologi proses pendidikan. PT Remaja Rosdakarya: Bandung.

Sanjaya,W. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Kencana: Jakarta.

Sudjana, N. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung.

 

Suprijono, A. 2010. Cooperative Learning. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.


Trianto, 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana: Jakarta.

Wartono. 2004. Team Games Tournament (TGT), (online) http://www.struk-turaljabar.co.cc/2008/10/proposal-tgt-html. Diakses 17/11/2012.