Jumat, 04 Mei 2012

Cerpen Kecintaan Pada Islam

Pria Pengejar Masjid

            Suatu pagi yang dingin, sunyi sepi, penuh dengan pijar – pijar bola lampu menerangi setiap sisi rumah dan halaman serta jalan – jalan raya. Disudut kota, tinggallah seorang pria di sebuah kontrakan kumuh dalam kesendirian. Di atas bumbung pemilik rumah, sederet kamar kost menaungi pintu demi pintu dengan ruangan kecil yang cukup tuk 1 atau 2 orang penghuni. Di sanalah kehidupan merantau dimulai oleh beberapa orang pria penuntut ilmu. Sebuah ilusi yang cukup mengharu biru, datang dari kampung halaman dari berbagai kabupaten, dari berbagai pelosok daratan dan lautan, menjauh dari keluarga untuk menuntut ilmu sebagaimana di anjurkan oleh Rosulullah saw “Tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri china”.

           Anjuran ini bukanlah berarti kita harus sampai ke china hanya untuk menuntut ilmu. Toh disini banyak orang china yang bisa kita jadikan contoh dalam mengejar suatu tujuan. Jika kita melihat, berapa banyakkah china yang tidak bangun di awal pagi? Mungkin hanya sebagian komunitas china yang bangun kesiangan. Kenapa Rosulullah saw menganjurkan kita seperti yang telah disebutkan di atas? Rosulullah saw ingin hambanya bergegas bangun pagi dan jikalau bisa menunggu sholat subuh berjama’ah di Masjid. Bisa saja menunggu sambil sebelumnya melaksanakan sholat tahajud ataupun sholat fajar atau pun sholat qabliyah subuh tentunya.

            Begitu banyak anjuran Rosulullah saw yang mengajarkan umatnya untuk bangun lebih pagi. Dikisahkan pada berbagai kisah tauladan bahwasanya siapapun yang bangun pagi, maka dia akan beruntung. Kenapa beruntung? Karena di awal pagi itulah malaikat rahmat turun membagikan rezki kepada seluruh umat manusia apapun suku, bangsa, ras dan agamanya. Betapa Allah swt menyayangi hambanya. Dia Maha Menjaga Hambanya dan Dia tidak pernah tidur maupun lalai.

                                                               ***

            Dari pojok beranda yang berjejalan dengan pintu – pintu kamar kos itu, turunlah secara tergopoh – gopoh pria separuh baya dengan semangat jihad yang menyala – nyala. Semangat yang menggentarkan tangga – tangga dan suasana awal pagi itu. Kemanakah gerangan dia melangkah? Siapa yang ia lawan pagi itu dalam perang jihadnya? Untuk siapa dia melakukan kekonyolan itu? Bertubi – tubi pertanyaan tentunya menerawang tuk seorang tetangga yang kebetulan melihat ulahnya setiap kali melihatnya.

            Pria itu bernama M. Bilal, sesosok pria lugu, ramah hanya pada sebagian orang saja, aktivitas kesehariannya tak jauh dari gambaran umat nabi muhammad yang sesungguhnya. Dikala waktu senggang, ia sempatkan untuk berolahraga dan membaca al-qur’an sembari tidak lekang tuk menghafal pesan – pesan yang Allah swt kirimkan sebanyak 30 juz, 114 surah dan 6666 ayat. Pandangannya jauh dari maksiat, bagaimana tidak demikian? Kesehariannya jangankan melihat secara gamblang wanita – wanita yang ada di seberang kos-nya, menegur wanita di jalan pun jarang. Itulah sesosok pria idaman wanita – wanita muslimah yang senantiasa mengikuti sunnah rosul dan menerapkannya dalam kehidupan sehari – hari.

            Mengingat nama pria lugu ini adalah M. Bilal, jadi teringat pula dengan kisah di zaman Rosulullah saw tentang seorang budak beriman yang di aniaya oleh kafir quraisy karenan keteguhan imannya yang menyatakan bahwa Allahu Ahad (Allah itu satu), beliau bernama Bilal Bin Rabbah. Seorang budak yang hidup dalam kehinaan sebelum islam datang mendobrak habis sistem perbudakan dan perbedaan golongan. Bilal Bin Rabbah, sesosok pria berkulit hitam yang bukanlah idaman wanita saat ini. Kenapa? Seorang Bilal Bin Rabbah ini adalah seorang pria yang sangat hitam bak batu hajar aswad, hitam legam melebihi arang yang terbakar, yang terlihat dari beliau hanyalah senyuman yang menawan. Jika beliau tersenyum, pijar – pijar indah tampak dari senyumannya itu, giginya yang putih lagi menawan dan keteguhan hati serta keramahannya yang lebih – lebih lagi menawan dari sekedar fisik yang beliau miliki saat itu.

                                                              ***

            Subuh itu M. Bilal sibuk merapikan tempat tidurnya, bergegas menuju kamar mandi dan mempersiapkan diri tuk sholat subuh berjama’ah di Masjid. Disaat adzan subuh berkumandang, derap – derap langkah mengalun rentaknya di tangga sudut kos tersebut. Dobrakan pintu gerbang berderak – derak berbunyi seraya perlahan – lahan membuka tanpa terniat membangunkan penghuni yang lain. Di maklumi bahwa tidak hanya umat islam yang tinggal di kos itu tetapi hampir separohnya dihuni oleh pemuda yang beragama kristen. Seraya melangkah penuh semangat jihad, bilal melangkahkan kakinya menyambut seruan adzan yang mengajak umatnya untuk menerima hadiah besar dan hadiah kemenangan dalam memerangi hawa nafsu. Kenapa begitu semangatnya ia dalam mengejar Masjid padahal subuh adalah waktu yang paling nyaman untuk melelapkan mata dan tubuh ini dalam kasur empuk dan lembut? Itulah sebagian kecil tanda keimanannya kepada Allah swt sebagai Rabb-nya dan Rosulullah saw sebagai suri tauladannya.

            Seraya melenggang menuju Masjid tuk berjama’ah, sembari pula beliau melafazkan dzikir di dalam hatinya. Setiap langkahnya adalah dzikir, setiap ucapannya adalah dakwah, bukankah seperti ini pria muslim yang sesungguhnya? Pria yang di dambakan oleh bidadari syurga dan juga wanita muslimah ciptaan Allah swt. Subhanallah... Melihatnya bagaikan melihat Rosulullah, semangatnya bagai semangat Bilal bin Rabbah, keteguhan jihadnya bagai melihat Umar bin Khattab, keramahannya bagai melihat Abu Bakar As-shiddiq. Ia jaga pandangannya dari hal – hal yang berbau maksiat, ia jaga waktunya agar waktu ini tidak menuntutnya kelak, ia jaga jasadnya dari hal – hal yang diharamkan, ia jaga hatinya dari maksiat dengan selalu berdzikir kepada Allah swt. Subhanallah... Inikah sosok Bilal bin Rabbah? Inikah pembela islam kelak? Insya Allah, selamanya dia lah pria pengejar Masjid yang kebanyakan orang enggan untuk mendatanginya.

                                                                     ***

Dalam Surat At-Tahrin,66 : 8, Allah swt berfirman :
(8). “ Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuhaa (taubat yang semurni-murninya). Mudah-mudahan Rabbmu akan menutupi kesalahan-kesalahanmu dan memasukkanmu ke dalam jannah yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, pada hari ketika Allah tidak menghinakan Nabi dan orang-orang mukmin yang bersama dia; sedang cahaya mereka memancar di hadapan dan di sebelah kanan mereka, sambil mereka mengatakan: "Ya Rabb kami, sempurnakanlah bagi kami cahaya kami dan ampunilah kami; Sesungguhnya Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
           
           Allah swt mengajak orang – orang yang beriman kepadanya untuk bertaubat kepadanya dengan taubatan nasuhaa. Bagaimana dengan kita? Sudahkah kita mengikrarkan keimanan kita dengan menjalankan perintahnya dengan sungguh – sungguh? Janji Allah swt itu pasti, dan ia tidak pernah ingkar dengan janji-Nya, ialah pemilik seluruh isi alam ini, tidak ada yang tidak mungkin, jika Ia berkehendak jadi maka jadilah iya (Kun Fayakun).

            Tanyakan kembali kepada diri kita sebagai seorang pemuda islam, sudahkah kita sholat 5 waktu sehari semalam di Masjid berjama’ah? Sudahkah kita sempurnakan sholat kita dengan di barengi sholat - sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah? Sudahkan kita jaga malam – malam kita dengan sholat tahajud? Sudahkah kita sempurnakan hari kita dengan membaca al-qur’an, menghafalnya dan mengamalkan isinya? Sudahkah kita awali kegiatan kita dengan Bismillah dan diakhiri dengan alhamdulillah? Sudahkan kematian kita jadikan langkah tuk hidup kekal abadi? Ingatkah kita akan datangnya kematian itu? Seberapa banyak bekal yang kita bawa tuk pulang dari negeri perantauan ini (Bumi) ke hadapan Allah swt? Sudahkah kita jadikan Rosulullah saw sebagai suri tauladan yang baik? Tanyakan pada hatimu wahai pria yang mengaku diri kalian muslim. Jangan jadikan islam hanyalah sebagai identitas KTP saja, jadikan pula islam itu sebagai karakter pribadi kalian sebelum kafir quraisy menghapus islam itu dari ingatan kalian. Naudzubillahi min dzalik...


Yenni Sarinah, 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar