Jumat, 04 Mei 2012

Cerpen Tentang Nilai-Nilai Kehidupan

Live is Choice

Deraian tangis anak-anak palestina masih terngiang-ngiang dideruan bom-bom kafir harbifi’lan disana sini. Dentuman yang membumi hanguskan peradaban islam yang menjadi warisan terakhir pada nabi. Dengan semangat jihad mereka tetap siqoh memegang islam sebagai ideologi dan darah dalam aliran kehidupan mereka. Walau kini mereka tak lagi dianggap manusia, namun allah menantikan mereka disurga sebagai syuhada. Bagaimana dengan kita?” oceh seorang mantan ulama yang dianggap hina dan gila dipojok kota besar itu.

Dalam kebisuan ku terus mendengarkan ocehan itu sembari menunggu kereta keberangkatan selanjutnya. Walau aku tak mampu berucap dan berbicara, namun kata-kata itu mengiris sesak dihati ku. Sakit rasanya apabila aku adalah anak Palestina. Dibumi hanguskan bagai binatang tak memiliki pengembala. Di bantai terang-terangan tanpa dilindungi oleh negara.

Dalam benak ku terlintas pikiran “Negara ku apakah mungkin kan jadi negara mereka? Negara ku apakah mungkin bisa ku bagikan dengan mereka? Wahai tuhan aku tak pantas tuk menjadi penghuni syurga, namun tak pula aku sanggup ke Neraka mu. Maka terimalah taubat ku serta ampunilah dosaku, sesungguhnya engkau lah pengampun dosa besar.”

Setelah kereta ku datang menjemput, sembari tersenyum pada sosok lelaki tua yang masih menunggu di kursi antri kereta itu, aku sadar ampunan Allah Maha Luas. Aku ingin berubah, tapi aku belum tau akan kemana ku kerahkan jasad dan ruhiyah ku ini. Aku masih bingung, namun aku masih ingat do’a Abu Nawas bahwa Allah Maha Luas ampunannya. Dalam hati ku terucap “Subhanallah”.

Ku melihat seorang muslimah yang sangat rapi dan mulia, jilbab1nya menutupi sekujur tubuhnya menghilangkan jejak lekuk tubuhnya yang indah layaknya seorang wanita, kerudung2nya yang menutupi kepala dan terjulur hingga menutupi dada membuatnya anggun bak istri-istri Rasul, dan jemari-jemari imut yang tersipu-sipu malu tertutup kaos kaki dan sepatu yang unik dan lucu namun tidak mengundang ketertarikan para pria tuk menjamah indahnya. Harumnya tak semerbak pedagang parfum yang menjajakan parfum-parfum yang membuat hina wanita muslimah. Dia sederhana dalam kesederhanaan namun anggun dalam memegang Islam sebagai ideologi dan jaminan dalam hidup. Lagi-lagi bertutur hati ini “Subhanallah…”.

Ku dekati muslimah itu dan ku sodorkan selembar kertas yang ku tuliskan dengan tinta berwarna biru. “Assalamu’alaikum ya ukhti, ahlan wa sahlan. Kenalkan ane Citra.

Dengan senyum yang lembut muslimah itu mengambil kertas dan menjawab langsung sembari menatap ku “Wa’alaikumussalam wr wb, ahlan bigh. Ane Sari. Kira-kira antum mo kemana?

Ku hanya tersenyum dan menulis sebait kata “Ane mencari ketenangan, ane bingung dengan ketidak jelasan kehidupan ane di kos dan di kampus. Setidaknya dengan mengikuti bus ini ane bisa menemukan inspirasi kehidupan. Ukhti akan kemana?

Tak lekang senyum tersirat di bibirnya yang lembut dan suaranya yang halus bertutur sembari menatap iba pada ku “Ya ukhtifillah, kenapa antum habiskan waktu antum hanya untuk jalan-jalan. Apakah tidak ada yang lebih bermanfaatkan ya ukhti untuk mencari inspirasi? Afwan, ane hanya bertanya saja. Alhamdulillah ane ingin ke suatu tempat. Ada acara Mega BILT (Mega Basic Islamic Leadership Training) di Universitas ane. Ukhti mau ikut? Insya allah di sana banyak inspirasi kehidupan.

Sejenak aku berfikir mencari jawaban dari pertanyaan seorang wanita yang ku pandang mulia dan anggun. Ku simpan alat tulis yang hanya membuatku tidak bersyukur dengan nikmat suara ini. Dalam pikiran ku terlintas “Seperti orang bisu saja pake nulis-nulis di buku. Astaghfirullahal’adzim..

Terngiang-ngiang lagi pesan-pesan yang masih membayang dikepala ku ini. Bingung dan ragu, bosan dan malas, sangat-sangat tak bermaya. “Apa yang harus aku lakukan ya Allah…”.
Bagaimana ukhti? Mau ikut gak? Live is choice, hidup itu pilihan, antum bisa pilih, mau jalan-jalan tanpa arah atau datang ke majelis ilmu?” ucap ukhti Sari sembari menepuk-nepuk pundak ku seolah-olah memberi semangat dan menguatkan agar aku tak lagi ragu-ragu. Aku terdiam sejenak dan berpikir akan memilih yang mana.

Lamunanku tersentak saat tangan ku diberi selembar kertas dari ukhti Sari. Ku buka kertas itu sembari tersenyum. Dan ku baca dalam hati : “Nak atau tak nak? (mau atau tidak mau?) Lau nak seribu daye (Jikalau mau seribu usaha), lau tak nak seribu daleh (Jikalau tidak mau seribu alasan). Ane tunggu di depan Universitas Islam Riau. Afwan telah mengganggu waktunya, syukron atas perkenalannya. Semoga antum tidak salah pilih. Ane sisipkan alamat tempat acara itu dan nomor hp ane. Kapan pun antum bisa menghubungi ane. Ane permisi duluan. Assalamu’alaikum

Sembari menjawab salam di kertas itu, aku ternyata telah kehilangan muslimah itu diperhentian sebelumnya. Tersentak hati ini ingin mengikuti muslimah itu mengisi kehidupan agar lebih berarti. Ku berhenti diperhentian selanjutnya, menyebrang dan mencari transport untuk menuju alamat yang di berikan muslimah itu sesegera mungkin.

***

Sesampainya di tempat yang dituju, ternyata subhanallah.. muslimah itu masih menunggu dengan senyumnya yang manis dan mulia. Bak bidadari yang turun dari syurga ke bumi. Subhanallah semoga apa yang hamba mu ini lakukan Engkau ridhoi ya Rabb..
Subhanallah…. Assalamu’alaikum ya ukhti, gimana? Siap tuk mencari ridho Allah?” sembari menjabat tangan ku dan mencium pipi kanan dan pipi kiriku. Ku melihat matanya berbinar-binar seakan-akan terharu melihat kedatangan ku. Aku juga salut melihat penantiannya menunggu aku datang menyambut undangannya ke acara yang belum aku ketahui seperti apa wujudnya. “Wa’alaikumussalam wr wb, Alhamdulillah ya ukhti. Insya Allah ane siap. Yuk..

***

Sesampainya di tempat acara itu, ukhti sari mendaftarkan ane di tempat pendaftaran. Subhanallah… acara ini sungguh besar. Peserta yang hadir saja 400 orang lebih. Subhanallah…
Ya ukhti, apakah pilihan ane ini sudah benar? Apakah ane kali ini bermimpi?” tanya ku karena masih ragu. Ukhti Sari menjawab sembari tersenyum “Yuk, udah.. gak usah ragu-ragu lagi. Antum udah berada di tempat yang memang antum cari, insya allah. Yuk kita masuk. Acaranya udah mo di mulai. Ustadznya dari Jakarta loh, seorang mu’alaf yang memang bisa memotivasi banyak orang. Namanya Felix siauw, nama islaminya Muhammad Al-Fatih. Ingat gak seorang pemuda yang berusia 21 tahun yang bisa memenuhi bisyarah rasulullah dengan menaklukkan kota konstantinopel itu loh. Tapi kalau Muhammad Al-Fatih yang akan kita lihat nanti itu usianya 26 tahun ukhti. Yuk… kita ikuti aja prosesnya”. Dengan penuh keyakinan ku menjawab “Ayo.. siapa takut.

Seusai acara aku menemukan jati diri ku yang selama ini aku cari. Terima Kasih Ya Rabb.. Tanpa Mu siapalah aku.

Yenni Sarinah, 2011
---------------------------------------------------------------------------------------------------------
1 Jilbab : Pakaian yang telah ditetapkan syari’at Islam bagi wanita ketika ia keluar dari kehidupan khusus (Rumah) ke kehidupan umum (Luar Rumah), yang harus diulurkan ke bawah sampai menutupi kedua mata kaki. Adapun kewajiban mengenakan jilbab bagi wanita Mukminat dijelaskan di dalam Surat Al-Ahzab,33 ayat 59 : “Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min : ‘hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Adapun yang dimaksud Jilbab adalah milhafah (baju kurung) dan mula’ah (kain panjang yang tidak berjahit).  Di dalam kamus al-Muhith dinyatakan, bahwa jilbab itu seperti sirdaab (terowongan) atau sinmaar (lorong), yakni baju atau pakaian longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutup pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung. Di dalam kamus al-Shahhah, al-Jauhari mengatakan : Jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah) yang sering disebut dengan mula’ah (baju kurung). Di dalam kamus Lisaan al-‘Arab dituturkan : al-Jilbab adalah baju atau pakaian yang luas yang berbeda dengan baju kurung. al-Zamakhsyariy dalam tafsir al-Kasysyaf menyatakan : Jilbab adalah pakaian luas, dan lebih luas daripada kerudung, namun lebih sempit daripada rida’ (juba). Imam Qurthubiy di dalam tafsir Qurthubiy menyatakan : Jilbab adalah pakaian yang lebih besar daripada kerudung. Imam Ibnu Katsir dalam  tafsir Ibnu Katsir menyatakan : Jilbab adalah jubah yang dikenakan selain kerudung. Imam Syaukani dalam tafsir Fathu al-Qadiir menyatakan : Jilbab adalah pakaian yang lebih besar dibandingkan kerudung. al-Hafidz al-Suyuthiy dalam tafsir Jalalain menyatakan : Jilbab adalah al-Mulaa’ah (kain panjang yang tak berjahit). Hal yang sama juga dinyatakan oleh Ibnu Mas’ud, ‘Ubaidah, Qatadah, al-Hasan al-Bashriy, Sa’id bin Jabiir, Ibrahim al-Nakha’iy, ‘Atha’ al-Khuraasaniy, dan lain-lain.

2 Kerudung : Pakaian yang telah diterapkan oleh syari’at Islam bagi wanita yang berupa penutup kepala hingga mencapai dada, agar leher dan lekuk dadanya tidak tampak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar